.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 1
Penulis Jurnal: Alsendo
Anjaya, Deli
Judul Jurnal: Studi Perbedaan Komposisi Pada Sinematografi dan Efek Yang
Dihasilkan
Halaman Jurnal: 1-5
Teori:
Sinematografi merupakan ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap
gambar dan sekaligus menggabungkan gambar tersebut menjadi satu rangkaian
gambar yang memiliki cerita atau penyampaian tentang satu hal. Sinematografi
sangat berhubungan dengan fotografi, karena pada dasarnya fotografi menjadi hal
utama yang dibutuhkan dan kemudian dibangun dan dibentuk menjadi sinematografi
(Lahengko & Van Rate, 2016). Pada sinematografi juga punya komposisi yaitu
Rule of Thirds, Headroom, Noseroom atau Lookroom, Leadroom, Leadings Lines.
Metode
Subjek: Peneliti ingin membuat studi mengenai perbedaan komposisi
sinematografi dan efek yang dihasilkan yang bermaksud untuk mencari pengertian
atau pemahaman mengenai perbedaan tersebut
Bahan dan Cara: Peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif
dan metode komparatif yaitu penyebaran kuesioner. Data yang
dikumpulkan hasil dari menjawab melalui
google form dengann minimal responden 30 orang.
Cara Kerja: Dilakukan
pengambilan gambar menggunakan komposisi sinematografi, lalu nantinya responden
diminta untuk melihat perbandingannya
melalui berbagai platform sosial media, kemudian data tersebut
dianalisis barulah terlihat jawabannya jika sudah di rinci melalui tabel.
Hasil Penelitian:
Hasilnya dari penelitian tersebut adalah 58,1% menjawab mudah dalam
pengaplikasian teknik sinematografi, 87,1% orang menjawab bahwa teknik
sinematografi ini sering digunakan, 54,8 % orang menjawab teknik sinematografi
ini mudah diterapkan oleh semua orang
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 2
Penulis Jurnal: Filza
Rezeki, Nursapia Harahap, Zuhriah
Judul Jurnal: Analisis Teknik Sinematografi Dalam Videoklip “Till We Meet
Again”
Halaman Jurnal: 2-4
Teori:
Sinematografi merupakan ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap
gambar dan menggabungkan gambar menjadi rangkaian gambar yang bisa menyampaikan
cerita atau ide (Spencer, 1973,p.454). Alffy Rev sebagai sebagai sutradara
memasukan semua unsur sinematografi pada pembuatan video “Till We Meet Again”
Metode
Subjek: Penelitian tertarik untuk meneliti teknik sinematografi pada
video “Till We Meet Again”
Bahan dan Cara: Dipenelitian
ini ada dua sumber data, yaitu primer dan sekunder. Videoklip “Till We Meet
Again” yang diamati melalui Youtube merupakan sumber data primer, sedangkan
buku-buku yang membahas tentang sinematografi merupakan sumber data sekunder.
Cara Kerja: Melakukan
wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi, dengan cara seperti ini bisa lebih mudah dalam menganalisis dan
mengklasifikasi teknik sinematografi pada videoklip tersebut.
Hasil Penelitian:
Hasil
penelitiannya berupa pada penempatan camera angle, yaitu dari sudut pandang
kamera objektif, sudut pandang kamera subjektif, sudut pandang point of view
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature Review Jurnal 3
Penulis
Jurnal: Kemala
Megahayati, Muhamad Amirulloh, Helitha Novianty Muchtar
Judul Jurnal: Perlindungan Hukum Sinematografi Terhadap Pengaksesan
Tanpa Hak Oleh Pengguna Aplikasi Telegram Berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta
dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik di Indonesia
Halaman Jurnal: 2-7
Teori:
Sinematografi
adalah segala hal mengenai sinema baik dari estetika, bentuk, fungsi, makna,
produksi, proses maupun penontonnya. Film sebagai karya sinematografi
merupakankarya yang bercerita secara visual yang diwujudkan dalam bentuk film
dan dalam proses pembuatan karya tersebut memperhatikan berbagai macam aspek
teknis serta pemahaman estetik. Film sebagai karya sinematografi dilindungi
oleh hak cipta selama 50 tahun, pelanggaran hak cipta akan merugikan moril dan
materil.
Metode
Subjek: Mengkaji asas-asas dan norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan terkait yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta
Bahan dan Cara: Metode
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca aturan undang-undang, buku-buku,
dan sumber kepustakaan lain yang saling berhubungan.
Cara Kerja: Metode
kualitatif yang diperoleh disusun dengan sistematis untuk menghasilkan
kesimpulan yang mengandung kebenaran objekitif
Hasil Penelitian:
Berdasarkan UU HC, penyebaran suatu film harus didasari izin daripencipta atau
pemegang hak cipta untuk memenuhi hak eksklusif yang dimilikinya. Pemberian
izin dari penciptaatau pemegang hak cipta kepada orang lain itulah yang disebut
lisensi 9Dengan demikian karya sinematografisebagai objek hak cipta
baru dapat digunakan
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 4
Penulis Jurnal: Surasa,
Sudarman, Suparna, Muhammad Iqbar Fathirdzul Haj
Judul Jurnal: Penerapan Sinematografi Pada Film Animasi 3D Berjudul
Tamiya
Halaman Jurnal: 2-6
Teori:
Bambang Semedhi mengatakan di dalam bukunya yang berjudul Sinematografi-Videografi
ia menjelaskan bahwa teori yang berkaitan dengan teknik perekaman
gambar diam (still Photography)
pada dasar nya hampir sama dengan teori untuk teknik pengambilan gambar
bergerak (movie) (Bambang Semedhi,2011:8).. Sinematografi sangat penting dalam
menentukan kualitas dari sebuah film khususnya pada film animasi 3D.Menurut
Joseph V. Mascelli dalam bukunya The Five C’s of Cinematography: Motion Picture
Filming Techniques ia menjelaskan bahwa dalam mendesain sebuah film produksi sebaiknya
membuat sebuah storyboard yang dimana
didalamnya mengatur sudut pandang kamera, player movement, dan komposisi (JosephV.Mascelli,1965:11).
Metode
Subjek:
Peneliti
menganalisis proses pembuatan film animasi pendek “Tamiya”
Bahan dan Cara: Dalam
pembuatan film animasi ini penulis menggunakan pendekatan metode penelitian
kualitatif literatur, dan pengembangan dari berbagai sumber buku
Cara kerja: Proses pembuatan film animasi pendek “Tamiya”
dimulai dari penulis melakukan brainstorming ide, membuat plot alur cerita
archplot, melalui alur tersebut lalu berkembang menjadi naskah, lalu dikembangkan
menjadi desain karakter, treatment storyboard dan dubbing
Hasil Penelitian:
Hasil dari penelitian ini penulis lebih menonjolkan sisi sinematografi dan
grafisnya yang merupakan teknik dalam memposisikan kamera pada posisi yang
paling menarik yang dapat meningkatkan storytelling pada sebuah film animasi.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 5
Penulis Jurnal: Nurrizky
Adi Taruna, Teddy Ageng Maulana, Ranti Rachmawati
Judul Jurnal: Penerapan Teknik 5C Sinematografi Dalam Film Pendek
Secercah Harapan Untuk Sang Ibu
Halaman Jurnal: 3-11
Teori:
Dalam penciptaan film berjudul “Secercah harapan untuk sang ibu” ini memfokuskan
pada penggunaan teknik 5C sinematografi, yaitu Camera Angle, Contiunuity,
Cutting, Composition, Close Up (Mascelli, 2010). Penerapan teknik 5C sinematografi
mampu membangun suatu mood maupun suasana dalam cerita agar mendapatkan kesan
dramatis melalui adanya penekanan-penekanan visual tertentu. Pada intinya
pembuatan sinematografi bukan sekedar tindakan fotografi akan tetapi proses
pengambilan ide, kata-kata, tindakan, emosional, nada, dan semua bentuk
komunikasi nonverbal lainnya yang akan menerjemahkannya ke dalam istilah visual
(Brown, 2012). Dengan mengaitkan teknik 5C Sinematografi agar menghasilkan
suatu film yang lebih estetik melalui penerapan mood yang tenang dengan dibalut
oleh pencahayaan yang terang dan pewarnaan kuning, hijau, dan biru agar film
ini terkesan damai.
Metode
Subjek: Penulis melakukan penerapan teknik 5C sinematografi
Bahan dan Cara: Dalam
proses penciptaan karya film pendek dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: Pra
Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi.
Cara Kerja: Sebuah
storyboard disusun berdasarkan storyline yang sudah dibuat sebelumnya.
Storyboard adalah uraian yang berisi visual dan audio penjelasan dari alur
cerita. Storyboard disusun untuk mempermudah penulis untuk membuat sebuah film.
Pembuatan film pendek yang berjudul Secercah Harapan Untuk Sang Ibu dibuat
berdasarkan storyboard dengan menerapkan beberapa scene yang dianggap penting,
selebihnya sutradara melakukan sebuah improvisasi dalam proses pembuatan film.
Hasil Penelitian:
Dalam pengkaryaan ini penulis bermaksud untuk menuangkan kisah pembaktian
seorang anak kepada sang ibu dengan harapan untuk memberangkatkan haji kepada
sang Ibu dengan penggunaan teknik 5C sinematografi. Berikut adalah contoh
penerapan teknik 5C Cinematography pada penciptaan film pendek “Secercah
harapan untuk sang ibu” Pada komposisi seorang kameramen perlu menempatkan
objek yang diharapkan menjadi Point of Interest atau objek utama yang menjadi
pusat perhatian dalam frame. Dalam pengambilan gambar pada adegan tersebut, penulis
menerapkan teknik high angle. Dimana dalam pengambilan gambar ini penulis
memposisikan mata kamera diarahkan kebawah untuk mengangkap objek. Level angle
ini akan menimbulkan kesan subjek menjadi kecil. Close up digunakan untuk
melihat bagian kecil dari setiap kejadian dalam adegan tertentu. Sehingga dapat
melihat secara detail bagian yang sangat kecil tersebut. Continuity dapat
disebut sebagai logika dari sebuah film yang dapat membuat film menjadi
realistis dan meyakinkan sehingga membuat penonton bertahan dan hanyut dalam
peraturan filmdari awal sampai akhir. Cutting dapat disebut sebagai editing
yang melakukan proses memilih, mengatur, dan menyusun shot-shot menjadi satu
scene. Pada film pendek “Secercah harapan untuk sang ibu” menerapkan salah satu
jenis cutting Smash Cut, yaitu berpindahnya gambar secara tiba-tiba dengan
tujuan estetik.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature Review Jurnal 6
Penulis
Jurnal: Nanda
Nabila Quratuain, Donny Trihanondo, Adrian Permana Zen
Judul Jurnal: Analisis Penerapan Teknik Sinematografi (mise-en scene) Dalam
Penokohan Pada Film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”
Halaman Jurnal: 3-11
Teori:
Film ini sempat memenangkan cukup banyak penghargaan, beberapa diantaranya
adalah penghargaan tata kamera, skenario adaptasi, penyuntingan gambar, asambel
terbaik, penata musik dan masih banyak lagi di tahun yang sama dengan tahun
rilisnya. Dari banyaknya penghargaan yang diraih, banyaknya peminat film dan
bagaimana pembawaan film yang disajikan oleh Angga Dwimas Sasongko, menarik
penulis untuk mencari tahu dan menganalisa makna-makna yang terkandung dalam
visualisasi film untuk menganalisis penokohan dalam film tersebut dengan teknik
sinematografi. Dari bagaimana karakter dan pembawaan yang diberikan setiap
tokoh, penulis ingin mengetahui bagaimana menerapkan teknik sinematografi
terutama pengambilan gambar, penetapan sudut pandang, dan efek editing yang ditambahkan
dalam film untuk menghidupkan penokohan, dan dapat terlihat indah, sehingga
dapat tersampaikan dengan baik kepada penonton dengan menganalisa teknik
sinematografi dan mise-en scene yang digunakan.
Metode
Subjek: Penokohan pada film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”
Bahan
dan Cara: Adapun
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Data
primer: Observasi film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, 2. Data Sekunder:
Dokumentasi footage film Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini, Studi pustaka
berupa jurnal, buku, dan karya ilmiah baik yang dimuat secara daring maupun cetak,
Review film dan berita-berita yang dimuat secara daring mengenai film dan topik
yang bersangkutan. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian
kualitatif dengan analisis deskriptif, dengan pendekatan analisis teknik
sinematografi; miseen scene, dengan fokus pada penokohan karakter dengan metode
analisis deskriptif.
Cara
Kerja: Observasi
tentang film terkait, mencari dokumentasi (footage dari film terkait), dan mempelajari
serta membedah teknik sinematografi yang menjadi fokus penelitian secara
literatur.
Hasil
Penelitian:
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa kostum dan latar dapat menyampaikan
penokohan atau karakterisasi dengan cukup baik, namun diperlukan unsur-unsur
pembangun lain untuk mendalami karakter tokoh dalam film.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 7
Penulis Jurnal: Puri
Sulistiyawati, Dimas Irawan Ihya’ Ulumuddin
Judul Jurnal: Analisis Komponen Visual Dasar Sinematografi Dalam Film
Live Action “Green Book”
Halaman Jurnal: 2-26
Teori:
Sinematografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara menangkap dan
menggabungkan gambar menjadi rangkaian gambar yang bercerita. Sinematografi
adalah bahasa yang didalamnya terdapat kosakata bahasa seperti lensa,
komposisi, desain visual, pencahayaan, image control, continuity, movement dan
point of view, yang mana puisis puisi dapat dibuat dengan bahasa tersebut
(Brown, 2012). Sinematografi pada dasarnya bukan sekedar pengambilan gambar
namun meliputi pembangunan ide, kata-kata, aksi, emosi, tone dan berbagai
format komunikasi non-verbal dan meramunya dalalm karya visual (Brown, 2012).
Metode
Subjek: Penulis menganalisis komponen visual dasar sinematografi
Bahan dan Cara: Pengumpulan
data dilakukan dengan studi pustaka dan dokumentasi
dengan mencari berbagai referensi berupa buku atau jurnal. Penilitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana metode tersebut memiliki
ciri yang berusaha mengkonstruksi realitas serta memahami
maknanya (Somantri, 2005). Metode
deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mendapatkan informasi
dan membuat deskripsi
yang mendalam tentang pengamatan
terhadap film Green Book.
Cara Kerja: Tahap pertama dilakukan dengan
mengamati tiap scene yang ada
pada film Green Book. Setelah dilakukan pengamatan, tahap
berikutnya adalah melakukan
identifikasi terhadap tujuh komponen visual
dasar. Komponen-komponen tersebut
kemudian ditinjau dan dikaitkan dengan tiap sceneyang ada pada
film Green Book.
Hasil Penelitian:
Tone serta color yang digunakan
memiliki karakteristik yang
lembut dan teduh
yang cocok dengan
genre film tersebut yaitu
drama. Movement dan rhythm memiliki
peran dalam menyajikan visualisasi yang tampak
rapi dengan penggunaan
pergerakan dan ritme
yang sederhana tapi tetap
memiliki porsi yang
cukup. Penelitian ini
masih terbatas dalam menganalisis
tiap visual adegan
pada film Green
Book. Tidak semua adegan
dapat dianalisis karena
berdasarkan durasi, film
tersebut memiliki adegan yang
sangat banyak. Sehingga
masih butuh banyak
perbaikan untuk membuat penelitian ini
lebih baik lagi;
yang mana untuk
penelitian lebih lanjut, dapat
dilakukan analisis lebih
mendalam dengan menggunakan
pendekatan semiotik.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 8
Penulis Jurnal: Basuki
Sulistio, Sugeng Purwanto, Niam Wahzudik, Heri Tri Luqman B.S., Suripto, Nanang
Oktavianto
Judul Jurnal: Peningkatan Kompetisi Sinematografi Bagi Pelajar, Mahasiswa
dan Masyarakat Umum di Kota Semarang
Halaman Jurnal: 1-5
Teori:
Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media
penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan yang dibuat berdasarkan
asas sinematografi yang direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video,
dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalamsegala bentuk, jenis dan
ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proseslainnya, dengan
atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem
proyeksi mekanik, elektronik, dan sistem lainnya. Benda inilah yang selalu digunakan
sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre
seni adalah produk sinematografi. Terutama bagi mahasiswa yang mendapatkan mata
kuliah sinematografi dalam kurikulum perkuliahannya. Kemampuan tersebut tidak
hanya mengenal kamera secara global, melainkan juga seorang pelajar atau
mahasiswa dituntut mampu mengoperasikan kamera, proses pra produksi, produksi
dan pasca produksi sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru atau dosen serta sebagai upaya untuk peningkatan kompetensi
pengetahuan dalam bidang sinematografi, banyak pelajar, mahasiswa serta
masyarakat umum yang masih memiliki pengetahuan minim sekali tentang
sinematografi. Padahal kemampuan ini sangat diperlukan dalam usaha pembuatan
film. Oleh karena itu, dengan dasar ini pengabdian kepada masyarakat bermaksud
mengadakan suatu pelatihan sinematografi yang dapat berguna bagi pelajar,
mahasiswa khususnya di kota Semarang
Metode
Subjek: Pelajar, mahasiswa, dan masyarakat semarang
Bahan dan Cara: Metode
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan kegiatan ini dapat diuraikan sebagai
berikut: 1) Workshop sinematografi bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum.
2) Memberikan pendampingan saat praktik produksi film dalam kegiatan workshop. Untuk
program pengabdian kepada masyrakat ini evaluasi program direncanakan
dilaksanakan dalam dua bagian, yaitu : 1) Evaluasi proses pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat, dilakukan pada saat proses workshop yang
berlangsung dan diberikan bobot 40% dari keseluruhan program. 2) Evaluasi
pendampingan, dilakukan terhadap pencapaian dari hasil kerja peserta dalam
mengikuti kegiatan workshop, dengan bobot 60% dari keseluruhan program
Cara Kerja: Tahap
pertama yaitu menyusun rencana kerja. Tahap kedua yaitu Mengumpulkan peserta
sasaran workshop. Tahap ketiga yaitu Pemberian pengarahan kepada peserta
workshop. Tahap pertama yaitu pemberian bahan workshop oleh tim pengabdian
kepada masyarakat berupa materi dan jadwal pelaksanaan workshop. Tahap kedua
yaitu setelah persiapan sudah lengkap, tahap berikutnya adalah memberikan
materi dan praktik serta pendampingan dalam workshop.
Hasil Penelitian:
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dan
uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1)
Peningkatan dan pemahaman dan ketrampilan di bidang sinematografi bagi pelajar,
mahasiswa dan masyarakat umum di Kota Semarang. 2) Peningkatan kualitas dan
kuantitas dalam bentuk produk film.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 9
Penulis Jurnal: Estu
Miyarso M.Pd.
Judul Jurnal: Peran Penting Sinematografi Dalam Pendidikan Pada Era Teknologi
Informasi & Komunikasi
Halaman Jurnal: 2-12
Teori:
Sinematografi secara etimologis berasal dari bahasa Latin yaitu; Kinema
(gerak), Photos (cahaya), Graphos (lukisan/ tulisan). Jadi sinematografi dapat
diartikan sebagai aktivitas melukis gerak dengan bantuan cahaya. Menurut Kamus
Ilmiah Serapan Bahasa Indonesia (Aka Kamarulzaman: 2005, 642). Sinematografi
diartikan sebagai ilmu dan teknik pembuatan film atau ilmu, teknik, dan seni
pengambilan gambar film dengan sinematograf. Sinematografi itu sendiri bararti
kamera untuk pengambilan gambar atau shooting, dan alat yang digunakan untuk
memperoyeksikan gambar-gambar film. Sedangkan sinema (cinema) diartikan sebagai
gambar hidup, film, atau gedung bioskop. Film (movie atau cinema) merupakan
produk atau buah karya dari kegiatan sinematografi. Film sebagai karya sinematografi
merupakan hasil perpaduan antara kemampuan seseorang atau sekelompok orang
dalam penguasaan teknologi, olah seni, komunikasi, dan manajemen berorganisasi.
Metode
Subjek: Pendidikan di Indonesia
Bahan dan Cara: -
Cara Kerja: -
Hasil Penelitian:
Melalui keahlian dasar sinematografis masih terus terbuka lebar peluang untuk
mengembangkan produk-produk Teknologi Pendidikan (TP) baik film atau video
pembelajaran dengan berbagai bentuk dan format penyajian sebagaimana telah diuraikan
di atas. Tentu sebagai ciri khas atau karakter dari hasil karyanya, produk TP
perlu terus memperhatikan kaidah atau prinsip pembelajaran, tujuan
pembelajaran, karakteristik calon penonton atau user-nya dan kondisi sarana
prasarana pembelajaran yang akan diterapkan.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 10
Penulis Jurnal: Arif
Eko Suprihono, Andri Nur Patrio
Judul Jurnal: Menemukan Formula Sinematografi Seni Pertunjukan
Halaman Jurnal: 1-9
Teori:
Televisi sebagai salah satu agent perubahan bangsa Indonesia memiliki
potensi besar untuk berperan aktif dalam menyeleksi dan menjaga kelestarian
seni pertunjukan tradisional Indonesia. Model sinematografi Indonesia materi
siaran televisi diduga keras menjadi salah satu kunci penting untuk dapat masuk
pada identitas tayangan berkarakter dan unggul dalam menjaga, melestarikan,
mengemas seni pertunjukan tradisional suku-suku bangsa Indonesia di era
Multimedia. Bukti perubahan paradigma estetika dalam menata panggung wayang
kulit yaitu, ada perubahan arah menonton yang sangat ekstrem, sudut pandang yang diformat dari camera angle dalam
pagelaran wayang kulit bahkan harus mengubah tempaat duduk para sidhen atau
vokalis pendukung. Sinematografi memiliki tambahan kesulitan teknik yang
mencangkup gerakan kamera dan kemungkinan kreativitas yang disebabkan oleh
kreasi gerakan itu. Pemahaman prinsip sinematografi sangat penting bagi pekerja
kreatif media penyiaran
Metode
Subjek: Seni pertunjukan di setiap suku bangsa Indonesia
Bahan dan Cara: -
Cara Kerja: -
Hasil Penelitian:
Hasil kerja kreatif di industri televisi memberikan pelajaran penting untuk
dapat diformulasikan sebagai model. Setiap aspek dari televisi menunjukan ketergantungan
yang merupakan kelompok kategoris proses diskursif melalui interaksi budaya
mereka dengan industri, penonton dan konteks yang begitu luas
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 11
Penulis Jurnal: Tunjung
Riyadi
Judul Jurnal: Sinematografi dengan kamera DSLR
Halaman Jurnal: 2-10
Teori:
Pengetahuan fotografi bisa
jadi menjadi alat
ukur yang paling
mudah untuk menuju
pengarahan sinematografi yang
mengedepankan estetika. Hal
ini memang cukup
masuk akal di
era sekarang ini.
Saat ini, umumnya
kamera fotografi sudah
dilengkapi dengan kemampuan
merekam gerak atau
video. Yang menjadi pertanyaan
adalah, bagaimana perbedaan
dan persamaan kaidah-kaidah
standar fotografi dengan
sinematografi pada kamera
DSLR. Sejalan dengan
pemikiran Ablan (2002),
mereka yang mempunyai
latar belakang seni
rupa tradisional termasuk
fotografi dan sinematografi
analog, banyak terbantu
ketika memasuki ranah
seni digital. Hal
ini termasuk jika
memasuki ke sinematografi digital yang mengandalkan kamera digital SLR. Dalam paparannya
akan ada perbandingan
kaidah fotografi dengan
kaidah sinematografi. Dalam
hal ini, banyak
kesamaan teknis fotografi
yang dipakai juga
dalam ranah sinematografi, misalnya
parameter pemakaian lensa
& kamera, pencahayaan,
tata letak objek
dengan kamera video yang berbasis
DSLR
Metode
Subjek: Seseorang yang akan belajar sinematografi
Bahan dan Cara: Metode yang
dipakai berupa pendekatan
empiris, yang merupakan
pengalaman penulis dan
pengamat. Di sini
penulis menyimpulkan pandangan
empiris dari tema
ini berdasarkan pengalaman
dan pengamatan, karena profesi dan bidang pengajaran penulis banyak di
area ini. Untuk memperkuat hasil, penulis melakukan studi pustaka sebagai
pendukung. Studi pustaka merupakan rangkuman dari berbagai sumber
untuk memperkuat hasil
tulisan.
Cara Kerja:
Pembahasan diuraikan dalam bentuk deskripsi teknis kamera
DSLR sebagai alat
fotografi. Kemudian di
komparasikan sisi teknis
kamera untuk sinematografi.
Hasil Penelitian:
Dalam sinematografi menggunakan
DSLR, pengguna sebenarnya
sudah dimudahkan secara
kaidah fotografi karena
adanya kesamaan aspek
tertentu. Namun demikian,
karena basisnya video
adalah gambar bergerak, maka aspek teknis video atau film harus tetap
diketahui. Jadi bila seseorang
telah mempelajari aspek
teknis fotografi dalam
DSLR, fotografi itu
sendiri telah menjadi
jembatan penting mempelajari
aspek teknis sinematografi dengan kamera yang sama.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 12
Penulis Jurnal: Rika
Permata Sari, Assyari Abdullah
Judul Jurnal: Analisis Isi Penerapan Teknik Sinematografi Video Klip
Monokrom
Halaman Jurnal: 1-5
Teori:
Dalam dunia perfilman khususnya di sektormusik, sekarang mulai marak musik
atau lagu yang menggunakan konsep film atau videoklip sebagai sarana penegasan
lagu atau media pendukung penyampaian pesan dalam lagu tersebut melalui media
audio dan visual. Dalam pembuatan videoklip, sinematografi sangat berperan
penting agar suatu video tersebut menarik dan dapat menyampaikan pesan dengan
baik. Hal ini karena sinematografi merupakan ilmu terapan yang membahas teknik
mengambil gambar tersebut sehingga menjadi sebuah rangkaian gambar yang dapat
menyampaikan cerita atau ide. Teknik sinematografi meliputi camera angle, type
shoot, camera movement, objek movement, compotition, continuity, cutting,
penataan cahaya, ketajaman gambar, dan lain-lain. Tulus Company adalah sebuah
perusahaan label musik independen yang didirikan oleh Tulus bersama kakak
kandungnya, Riri Muktamar pada tahun 2010. 50 penghargaan baik di bidang musik
dan sinematografi telah Tulus dapatkan di 7 tahun perjalanan musiknya. Pada tahun
2017 lalu, Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards dari album Monokrom berhasil
meraih penghargaan, kategorinya di antara lain Album Terbaik (Album Monokrom).
Metode
Subjek: Penelitian yang dilakukan pada videoklip Monokrom dengan media
youtube dan dokumentasi.
Bahan dan Cara: Pengumpulan
data didapatkan melalui dokumentasi dan studi pustaka yang diperoleh dari buku,
jurnal, skripsi, internet serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian ini. Rumus untuk menghitung reliabilitas data ialah dengan menggunakan
formula Oleh R. Holsti. dengan angka reliabilitas minimum yang ditoleransi
adalah 0,75. Jika persetujuan antara pengkoding tidak mencapai 0,75 maka
kategorisasi operasional mungkin perlu dirumuskan lebih spesifik lagi. Dalam
penelitian ini menggunakan metode Analisis Isi Kuantitatif dengan pendekatan
Deskriptif, atau lebih sering disebut dengan Analisis Isi Deskriptif
Cara Kerja:
Mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi.
Penggunaan analisis isi dalam komunikasi dilakukan terhadap berbagai masalah
yang terkait dengan isi media massa.
Hasil Penelitian:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan pendekatan
analisis isi terhadap videoklip Monokrom, maka peneliti menemukan hasil bahwa
camera angle paling banyak digunakan adalah eye level untuk mempertegas objek
beserta ekspresi sebesar 50.54%. Untuk type shot paling banyak digunakan adalah
long shot untuk memperlihatkan objek dengan lingkungan sekitar sebesar 39.78%.
Sedangkan compotition paling banyak digunakan adalah nose room agar objek
menjadi komunikatif yaitu sebesar 50%. teknik- teknik pada tiap-tiap indikator
berbeda besaran presentse agar videoklip menjadi menarik, sehingga
sinematografi dalam menyampaikan pesan ungkapan terimakasih sangat kuat dalam
videoklip Monokrom tersebut.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 13
Penulis Jurnal: Firdaus
Noor, Siti Maryam, Fiber Pro
Judul Jurnal: Sinematografi Sebagai Upaya Peningkatan Promosi Pariwisata
di Kampung Nde, Jawa Barat
Halaman Jurnal: 2-7
Teori:
Keindahan budaya dan alam
akan menjadi pengalaman
yang tidak akan pernah
terlupakan. Sebab keindahan itu
tidak akan pernah ditemui di tempat lain. Oleh karena
itu, keindahan budaya dan
alam dapat dijadikan alat
untuk meningkatkan kualitas
ekonomi masyarakat. Salah satu tempat yang menyimpan keindahan budaya
sekaligus alam adalah
Kampung Nde. Kampung yang
terletak di Kabupaten Cianjur ini,
menyimpan keindahan budaya yang
memikat. Promosi Kampung Nde
hanya dilakukan oleh para
wisatawan yang datang dengan
cara merekam atau menulis mengenai
keindahan budaya yang ada
di kampung ini.
Hal tersebut menjadi kurang
menarik dan terstruktur sebagai
media promosi. Diperlukan sineas lokal
yang kompeten untuk melakukan dokumentasi.
Dokumentasi tersebut bisa dijadikan
media iklan, feature, bahkan
film, sebagai upaya promosi wisata budaya dan alam
Kampung Nde. Dokumentasi tersebut selanjutnya bisa dijadikan bahan
promosi kepada wisatawan asing untuk datang. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara
pelatihan dan pendampingan sinematografi sebagai upaya mempromosikan budaya
dan alam di Kampung Nde .
Metode
Subjek: Masyarakat Kampung Nde, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat memiliki kemampuan
yang masih kurang dalam hal sinematografi sebagai upaya
promosi.
Bahan dan Cara: Adapun
program dilaksanakan dengan
metode workshop atau lokakarya tentang sinematografi dan
pelatihan produksi film. Metode workshop
digunakan untuk transfer ilmu
pengetahuan serta
memperkenalkan keterampilan praktis dan
teknik sinematografi. Sementara metode produksi
film bertujuan untuk mendokumentasikan gambar-gambar
dengan teknik sinematik
yang akan digunakan dalam
membuat media promosi.
Cara Kerja:
Kegiatan ini diberikan kepada masyarakat Kampung Nde dengan menggunakan metode
ceramah dan diskusi serta
praktik. Bertujuan untuk memberikan wawasan sinematografi
dan mampu mengimplementasikannya sebagai upaya
pengembangan promosi pariwisata di Kampung Nde, Jawa barat.
Hasil Penelitian:
Temuan data ini merupakan hasil
dari pengamatan mengenai potensi
budaya dan alam yang dapat dijadikan mise en scene dari
sinematografi yang kemudian
dapat memberikan dampak yang
positif bagi promosi pariwisata
Kampung Ende, Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat. ada banyak potensi wisata
alam dan budaya yang belum terdokumentasikan secara
maksimal di Kampung Nde.
Jika hal tersebut
dapat dikembangkan secara maksimal,
maka Kampung Nde akan
menjadi destinasi wisata dengan
jumlah wisatawan yang terus
meningkat. Hal tersebut
akan berimbas kepada pengembangan potensi pariwisata
Kampung Nde dan pada akhirnya juga akan meningkatkan
kualitas ekonomi masyarakat di Kampung
Nde yang akan
berkembang ke arah yang positif. Namun kurangnya peralatan yang
memadai bisa menjadi salah satu
penghambat dari industri kreatif yang
akan muncul di Kampung
Nde. Diharapkan turut
serta pihak lain dalam
memberikan bantuan kepada masyarakat setempat
agar hasil dari sinematografi bisa lebih sempurna.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 14
Penulis Jurnal: Hartarto
Junaedi, Mochamad Hariadi, I Ketut Edi Purnama
Judul Jurnal: Penerapan Sinematografi Dalam Penempatan Posisi Kamera
dengan Menggunakan Logika Fuzzy
Halaman Jurnal: 1-6
Teori:
Penggunaan teknologi sekarang bergeser dari 2D menjadi 3D dan dituntut ke
level yang lebih tinggi lagi. Permainan komputer dan animasi dituntut semakin
riil sesuai dengan dunia nyata. Karena itulah dibutuhkan keterlibatan seorang
sutradara yang mengerti kaidah sinematografi dalam proses pembuatan. Sinematografi
adalah pengaturan pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar fotografi untuk
sebuah sinema Agar dapat menghasilkan sebuah film yang baik, maka kaidah
sinematografi perlu diperhatikan. Dengan adanya penataan kamera yang baik
sebuah film dapat menjadi lebih menarik dan sesuai dengan jalan cerita yang
dibuat. Sinematografi yang baik akan membantu penonton untuk dapat memahami ide
atau jalan cerita yang diangkat. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam dunia sinematografi adalah camera angle, continuity, cutting, dan
composition. Logika fuzzy adalah bentuk dari logika dengan nilai kebenaran
bernilai bilangan real berkisar antara 0 dan 1 yang dikenal dengan fuzzy
(kabur). Hal ini berbeda dengan logika boolean yang nilai kebenaran hanya 0 dan
1. Logika fuzzy digunakan untuk menangani konsep kebenaran parsial, di mana
nilai kebenaran di antara benar sepenuhnya dan salah sepenuhnya.
Metode
Subjek: Penulis menerapkan sebuah gaya sutradara pada penempatan posisi
kamera virtual secara otomatis
Bahan dan Cara: Beberapa
penelitian yang dibahas, dapat dilihat bahwa pendekatan metode evolusioner dan
pendekatan berbasis pelatihan semacam support vector machine dapat digunakan
untuk melakukan penempatan posisi kamera secara otomatis maupun semi otomatis
pada lingkungan virtual. Tetapi kedua pendekatan di atas tentu saja membutuhkan
waktu komputasi yang cukup berat dan data untuk pelatihan, padahal dalam
permainan komputer penempatan posisi kamera harus secara real time sesuai
dengan masukan kombinasi tombol yang dilakukan oleh pengguna. Oleh karena itu
pada penelitian ini digunakan pendekatan berbasis logika fuzzy
Cara Kerja:
Penelitian ini akan mengusulkan sebuah teknik untuk menerapkan sebuah gaya
sutradara pada penempatan posisi kamera virtual secara otomatis dalam
lingkungan virtual (permainan komputer maupun animasi) sesuai dengan kaidah
sinematografi
Hasil Penelitian:
Berdasarkan hasil histogram profiling dan hasil kuesioner dapat disimpulkan
bahwa dapat dilakukan penempatan posisi kamera yang sesuai dengan kaidah
sinematografi secara otomatis, karena dalam permainan komputer penempatan dan
pergerakan posisi kamera virtual dilakukan secara real time. Namun demikian
diharapkan pada masa depan dapat dilakukan penelitian dengan melibatkan lebih
banyak aksi serta adanya rintangan dan karakter non playable character yang
bergerak secara mendadak.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 15
Penulis Jurnal: Mukhammad
Nurzadi Risata, Hata Maulana
Judul Jurnal: Penerapan Animasi dan Sinematograpi dalam Film Animasi “Jenderal
Soedirman”
Halaman Jurnal: 1-11
Teori:
Sebelumnya telah dibuat beberapa film animasi dan sudah ada pembahasan
mengenai pembuatan film animasi stopmotion mengenai sejarah. Namun masih belum
ada yang membahas secara spesifik mengenai penerapan sinematografi dalam
pembuatan film stopmotion. Maka dari itu dibuatlah Film animasi edukasi yang
dapat mengenalkan sejarah dengan menggunakan teknik yang modern, yaitu teknik
stopmotion dengan judul Jenderal Soedirman. Menurut Kamus Ilmiah Serapan Bahasa
Indonesia Sinematografi diartikan sebagai ilmu dan teknik pembuatan film atau
ilmu, teknik, dan seni pengambilan gambar film dengan menggunakan alat perekam.
Film atau Cinema merupakan produk atau buah karya dari kegiatan sinematografi.
Film sebagai karya sinematografi merupakan hasil perpaduan antara kemampuan
seseorang atau sekelompok orang dalam penguasaan teknologi, olah seni,
komunikasi, dan manajemen berorganisasi
Metode
Subjek: Film Jendral Soedirman ini merupakan film animasi yang dibuat
menggunakan teknik stopmotion, film animasi stopmotion ini ditujukan untuk
kalangan pelajar yaitu pada usia 10-25 tahun
Bahan dan Cara: Pembuatan
film animasi stopmotion ini membutuhkan storyboard, untuk mempermudah dalam
menuangkan sebuah cerita menjadi sebuah animasi. Dalam pembuatan desain
storyboard ini Setelah menyiapkan Storyboard dan aset-aset yang telah di
kumpulkan pada tahap Material collecting, maka dapat di lanjutkan ke tahap
realisasi.
Cara Kerja:
Tahap ini merupakan tahap dimana aset-aset yang telah dikumpulkan akan
dianimasikan dan akan diambil gambarnya dengan teknik stopmotion
(frame-by-frame) sesuai dengan storyboard yang telah dibuat. Proses animasi
dilakukan dengan menerapkan perinsip animasi, dan pengambilan gambar dilakukan
dengan menerapkan sinematografi, seperti angle camera, camera movement, dan
type of shot.
Hasil Penelitian:
Penelitian yang dilakukan berhasil membuat film animasi stopmotion yang
memiliki nilai edukasi untuk kalangan pelajar, bedasarkan survei sebanyak 98%
pemirsa setuju bahwa film animasi Jenderal Soedirman ini bagus untuk dijadikan
sebagai media pembelajaran. Semua teknik yang dilakukan untuk menerapkan
sinematografi dalam pembuatan film animasi stopmotion “Jenderal Soedirman” ini
berhasil, berdasarkan survey pemirsa menyetujui bahwa sinematografi yang
diterapkan sudah bagus.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 16
Penulis Jurnal: Heri
Triluqman, Mulyoto, Leo Agung Sutimin
Judul Jurnal: Pengembangan Model Aplikasi Simulator Kamera Video
Berbasis Android Untuk Mata Kuliah Sinematografi Pembelajaran
Halaman Jurnal: 2-9
Teori:
Saat ini penggunaan atau penerapan mobile learning sebagai sebuah
kecenderungan baru dalam belajar, membentuk paradigma pembelajaran yang dapat
dilakukan kapanpun dan dimanapun semakin meluas. Beberapa faktor pendorong hal
tersebut, di antaranya adalah tingkat perkembangan perangkat bergerak yang
sangat tinggi, tingkat penggunaan yang relatif mudah, dan harga perangkat yang
semakin terjangkau, dibandingkan dengan perangkat komputer personal (Rusman,
2013). Kamera video yang dimiliki laboratorium prodi Teknologi Pendidikan
sejumlah 6 unit (4 unit merk Panasonic dan 2 unit merk Sony) di bandingkan
dengan 76 mahasiswa peserta mata kuliah senematografi pembelajaran dalam 1
semester. Dengan kondisi seperti itu, untuk mengakselerasi proses belajar
mahasiswa, maka perlu dikembangkan suatu media yang memungkinkan mahasiswa dapat
belajar terlebih dahulu sebelum memegang peralatan kamera video secara
langsung. Oleh karenanya, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan
desain model aplikasi simulator kamera video berbasis android untuk mata kuliah
sinematografi pembelajaran prodi Teknologi Pendidikan FIP Unnes.
Metode
Subjek: Subjek penelitian ini adalah mahasiswa prodi Teknologi
Pendidikan FIP Unnes semester 2 (dua) yang menempuh mata kuliah sinematografi
pembelajaran. Jumlah responden sebanyak 77 mahasiswa dari 2 (dua) rombel.
Berdasar hasil kuesioner yang diisi oleh mahasiswa, diperoleh data-data
sebagaimana diuraikan pada penjelasan berikut. Jumlah smartphone yang dimiliki
mahasiswa adalah sebagai berikut: 94,8% mahasiswa hanya memiliki 1 (satu)
smartphone, sementara 5,2% mahasiswa memiliki 2 (dua) buah smartphone. Data ini
juga menunjukkan bahwa tidak ada satupun mahasiswa yang memiliki lebih dari 2
(dua) smartphone.
Bahan dan Cara: Metode
penelitian ini mengacu pada strategi penelitian dan pengembangan yang
dikemukakan oleh Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2016) dengan beberapa
modifikasi yang telah dikembangkan oleh Sukmadinata
Cara Kerja:
Penelitian yang digunakan dalam penelitian fokus pada tahap kedua, yaitu tahap
pengembangan model. Dalam tahap ini, penelitian yang dilakukan mencakup langkah-langkah
sebagai berikut (1) Model pengembangan (desain produk), (2) Validasi desain,
(3) Revisi desain
Hasil Penelitian:
Dalam pengembangan model aplikasi simulator kamera video berbasis android untuk
mata kuliah sinematorgrafi pembelajaran, peneliti mengembangkannya sesuai
dengan bahan acuan yang telah disusun sebelumnya. Bahan acuan tersebut diawali
dengan analisis kebutuhan, kemudian menyusun peta kompetensi, peta materi,
Garis Besar Isi Media (GBIM), Jabaran Materi, Flowchart dan Naskah. Semua bahan
acuan itu digunakan sebagai pengendali proses pengembangan agar tidak melenceng
dari konsep pengembangan awal. Sehingga aplikasi yang di kembangkan tetap
terarah untuk mencapai tujuan dan kompetensi yang ditetapkan. Proses selanjutnya
adalah melakukan validasi media dan validasi materi kepada pakar di bidangya,
kemudian merevisi aplikasi tersebut berdasarkan catatan dari validator,
sehingga aplikasi siap digunakan
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 17
Penulis Jurnal: Supriyadi
Judul Jurnal: Perancangan Animasi Stopmotion Pangeran Diponegoro
Berbasis Sinematografi
Halaman Jurnal: 2-9
Teori:
Pemakaian unsur animasi di dalam sebuah aplikasi mult imedia sangat
menjanjikan suatu tampilan visual yang lebih dinamis, dapat menampilakan
sesuatu tampilan visual yang imajinatif dan mustahil dalam kehidupan yang
sebenarnya tetapi dapat divisualisasikan secara meyakinkan dalam animasi. Stopmotion
memiliki beberapa kelebihan, berikut kelebihan penggunaan teknik stopmotion: 1.
Tidak menggunakan banyak gambar 2. Tidak memerlukan peralatan yang sulit 3.
Kreatifitas dalam pembuatan desain objek dan pengembangan animasi. Menurut
Kamus Ilmiah Serapan Bahasa Indonesia Sinematografi diartikan sebagai ilmu dan
teknik pembuatan film atau ilmu, teknik, dan seni pengambilan gambar film
dengan menggunakan alat perekam. Film atau Cinema merupakan produk atau buah
karya dari kegiatan sinematografi. Film sebagai karya sinematografi merupakan
hasil perpaduan antara kemampuan seseorang atau sekelompok orang dalam
penguasaan teknologi, olah seni, komunikasi, dan manajemen berorganisasi.
(Naratama Rukmananda, 2014). Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran
kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka
cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal
pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk
sinematografi.. Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni
menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka
peralatannyapun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar
tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide
pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi
memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara
fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut
montase (montage)
Metode
Subjek: Film Pangeran Diponegoro ini dibuat dengan menerapkan prinsip
animasi dan sinematografi
Bahan dan Cara: Storyboard
merupakan kumpulan sketsa gambar yang disusun secara berurutan dan disesuaikan
dengan naskahnya sehingga ide cerita bisa disampaikan dengan mudah. (Hart,
2008). Setelah
menyiapkan Storyboard dan aset-aset yang telah di kumpulkan pada tahap Material
collecting, maka dapat di lanjutkan ke tahap realisasi. Tahap ini merupakan
tahap dimana aset-aset yang telah dikumpulkan akan dianimasikan dan akan
diambil gambarnya dengan teknik stopmotion (frame-by-frame). Setelah
gambar/frame telah di-tunning, maka dapat dilanjutkan ke tahap penyusunan frame
menjadi sebuah scene. Setelah semua frame-frame disusun menjadi scene, tahap
selanjutnya yang dilakukan adalah, menggabungkan scene menjadi sebuah film
animasi. Setelah semua scene digabungkan menjadi sebuah film animasi, tahap
terakhir yang dilakukan adalah tahap export, dimana film animasi yang telah
dibuat akan di-export file menjadi sebuah video. Mastering Editing Salah satu
kunci keberhasilan sebuah film atau video adalah proses editing. Menyunting
atau mengumpulkan video yang sudah diambil atau direkam. Setelah semua video
yang direkam selama proses shooting sudah dikumpulkan, editor harus menyusun
ulang video-video tersebut sesuai dengan urutan sebagaimana tercantum dalam
naskah atau skenario. Memfilter video berarti memilih gambar-gambar yang
penting saja dan memberikan efek dan manipulasi grafik lainnya untuk
meningkatkan tampilan video agar lebih enak dilihat, juga agar terhindar dari
gambar-gambar yang mengganggu jalannya cerita. Mengolah suara, baik suara asli
yang muncul ketika proses pengambilan gambar atau suara-suara tambahan. membuat
titel pada video tersebut, yaitu informasi teks atau keterangan yang berkaitan
dengan materi video. Setelah tahapan-tahapan di atas selesai dikerjakan, video
editor harus melakukan pekerjaan akhirnya, yaitu tahap finishing.
Cara Kerja:
Metode yang dapat digunakan didalam perancangan ini yaitu: 1. Tahap analisa
Tahapan analisa disini meliputi pengambilan data dari storyboard, dan referensi
akan film animasi yang digunakan. 2. Perancangan Karya Untuk tahapan
perancangan karya yang digunakan adalah proses desain, proses pengumpulan
material, menyusun frame, menggabungkan scene, export media dan mastering
editing.
Hasil Penelitian:
Semua teknik yang dilakukan untuk menerapkan sinematografi dalam pembuatan film
animasi stopmotion “Pangeran Diponegoro” ini berhasil, berdasarkan survey
pemirsa menyetujui bahwa sinematografi yang diterapkan sudah bagus.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 18
Penulis Jurnal: Baso
Indra Wijaya Aziz, Abd. Aziz Ahmad
Judul Jurnal: Teknik sinematografi praktis menggunakan smartphone bagi
dosen pengabdi di Universitas Negeri Makassar
Halaman Jurnal: 1-4
Teori:
Sejalan dengan perkembangan teknologi digital, maka guru dan dosen serta
peserta didik dituntut harus mampu beradaptasi dengan keterampilan abad 21
(21st Century Skills) yaitu bisa berfikir kritis dan memecahkan masalah,
kreatif dan inovatif serta ketrampilan komunikasi dan kolaborasi. Selain itu,
keterampilan mencari, mengelola dan menyampaikan informasi serta terampil
menggunakan informasi dan teknologi (Wibawa 2018).
Metode
Subjek: Dosen pengabdi untuk memaksimalkan smartphone yang dimiliki
sehingga dapat mengolah foto dan video menjadi tayangan audio visual yang mampu
menyampaikan pesan dengan baik.
Bahan dan Cara: Bisa
dikatakan bahwa perangkat yang sangat menunjang aktivitas kegiatan dosen adalah
smartphone. Berkesesuaian dengan pelatihan pengabdian yang dilakukan dengan
fokus memberikan teknis dasar sinematografi bagi dosen
Cara Kerja:
(1) Persiapan dan pembekalan. Persiapan yang dilakukan berupa merancang video
tutorial yang akan dijadikan materi pada pelaksanaan kegiatan. (2) Pelaksanaan
kegiatan dilakukan dengan cara memberikan materi tentang wawasan perkembangan
kamera digital hingga penggunaan smartphone untuk kepentingan dokumentasi. (3)
Rencana keberlanjutan program tidak hanya sekedar pelatihan pada saat itu saja,
namun kami membuat kelas online konsultasi teknis maupun non teknis teknik
dasar sinematografi bagi para peserta yang telah mengikuti kegiatan pelatihan.
Hasil Penelitian:
Dosen pengabdi mampu memaksimalkan fungsi dan fitur video dari kamera
smartphone. Pemahaman dasar berupa prinsip kerja video pada smartphone. Dosen
pengabdi mampu melakukan pengambilan gambar dengan komposisi pengambilan gambar
yang baik disertai dengan pergerakan kamera yang simpel namun memberi kesan
dinamis. Dosen pengabdi memahami konsep dalam pembuatan video sehingga dapat
menyampaikan pesan dengan komunikatif.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 19
Penulis Jurnal: Cica
Wiswanti, Unik Hanifah Salsabila
Judul Jurnal: Penggunaan Sinematografi dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI)
Halaman Jurnal: 2-8
Teori:
Pada artikel ini penulis menyajikan sebuah gagasan mengenai penggunaan
sinematografi sebagai media pembelajaran PAI. Sinematografi sebagai produk dari
perkembangan TIK diharapkan dapat menjadi media penyampai materi pembelajaran
PAI. Penulis berharap tulisan ini mampu menjadi pembahasan yang dapat
menginspirasi inovasi media pembelajaran khususnya pembelajaran PAI sehingga
tercipta pembelajaran yang disampaikan dengan media yang variatif, menarik dan
tidak membosankan, serta dapat mengakomodir modalitas belajar siswa.
Metode
Subjek: Penulis ingin memberikan wawasan dan pandangan terkait
penggunaan sinematografi dalam pembelajaran, khususnya pada proses pembelajaran
PAI.
Bahan dan Cara: penulis
menggunakan metode penelitian deskriptif bagaimana penggunaan sinematografi
sebagai media pembelajaran PAI kemudian dianalisis melalui literature
kepustakaan yang mendukung. Pendekatan pada penulisan artikel ini penulis
menggunakan pendekatan kualitatif dengan data deskriptif, yaitu berupa data
yang dikumpulkan dengan menggunakan kata-kata. Pembahasan masalah pada artikel
ini, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan
dilakukan P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770 100 dengan mengumpulkan berbagai
data dan informasi dari sumber pustaka, seperti artikel, jurnal, buku dan
sumber pustaka lainnya
Cara Kerja:
Penulis berharap tulisan ini mampu menjadi pembahasan yang dapat menginspirasi
inovasi media pembelajaran khususnya pembelajaran PAI sehingga tercipta
pembelajaran yang disampaikan dengan media yang variatif, menarik dan tidak
membosankan, serta dapat mengakomodir modalitas belajar siswa.
Hasil Penelitian:
Sinematografi menjadi salah satu inovasi media pembelajaran yang dapat
dikembangkan oleh guru PAI. Dengan menggunakan sinematografi sebagai media
pembelajaran maka guru akan mampu mengakomodir dua modalitas siswa sekaligus,
yakni siswa dengan modalitas belajar audio dan siswa dengan modalitas belajar
visual.
.
.
.
TOPIK 1: Sinematografi
Literature
Review Jurnal 20
Penulis Jurnal: Sifa
Sultanika
Judul Jurnal: Sinematografi Film Pendek Yogyakarta
Halaman Jurnal: 2-8
Teori:
Gotot Prakoso mengatakan bahwa, film pendek menempati posisi yang khusus
secara idealisme karena walaupun tidak bersifat komersial, masih banyak
kalangan sineas yang peduli terhadap film pendek. Karena kepedulian ini, maka
perfilman nasional akan selalu hidup (Prakoso, 2001 : 38). Pengambilan gambar
dalam ruang juga cukup mendominasi pada setiap filmnya. Sebagai contoh bagian
dialog pada setiap film menjadi salah satu perhatian tentang bagaimana seorang
sutradara dapat menyampaikan bentuk visual dengan pengambilan sinematografi
pada masing-masing film. Pemilihan ketiga film ini sebagai film pendek daerah
yang mewakili Yogyakarta dari segi sinematografi ditunjang dari segi cerita
yang didukung dengan konsep sinematografi yang terlihat natural dalam layar dan
ritme yang lambat dari setiap pemotongan gambarnya. Film memiliki gaya dan hal
tersebut juga terkait dengan aspek sinematik yang nantinya akan diteliti. Sedangkan
Menurut Bordwell dan Thompson dalam bukunya yang berjudul Film Art an
Introduction; Unsur sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek
yakni, kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Framing adalah hubungan
kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau
frame, jarak, ketinggian, dan pergerakan kamera. Aspek framing yang digunakan
meliputi aspec ratio, offscreen dan onscreen, camera angle, type of shot,
camera movement dan composition (Bordwell dan Thompson, 2012:162).
Metode
Subjek: Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan
dengan sinematografi film pendek Yogyakarta yang didasarkan pada tema, latar
belakang, dan setting cerita yang bernuasa kental Yogyakarta.
Bahan dan Cara: Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif yang dijabarkan dalam dua bagian pokok, yaitu
bagaimana pengumpulan data dan teknik analisis data. Penggunaan metode ini
diharapkan dapat menjawab permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar
belakang. Data-data yang telah dikumpulkan disajikan dalam bentuk narasi.
Cara Kerja:
Penulis mencoba untuk menerangkan adegan per adegan film melalui tiga aspek
yang akan dijelaskan secara naratif yaitu posisi kamera, komposisi, dan
penyuntingan gambar untuk mendapatkan jawaban mengenai bentuk pola
sinematografi pada ketiga film yang diteliti.
Hasil Penelitian:
Hubungan film pendek dalam satu daerah tidak selalu menjadi patokan bahwa
secara sinematografi memiliki kesamaan. Setiap sutradara memiliki cara
masing-masing dalam menggambarkan adegan sesuai dengan dominasi dari
penyutradaraan. Hal ini berarti bahwa sesuai dengan teori sinematografi dari
pemaparan Joseph V. Mascelli, A.S.C dalam buku the Five C’s of Cinematography
yang digunakan dalam ketiga film yaitu dengan teknik pengambilan yang berbeda,
maka UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta akan memengaruhi tensi, kesan, suasana
atau mood suatu film. Persamaan lainnya di dalam ketiga film adalah bentuk
penyajian komposisi yang sederhana. Penonton tidak perlu meneliti wilayah layar
untuk menemukan makna dari bidikan.
.
.
.
DAFTAR PUSTAKA
https://ojs.digitalartisan.co.id/index.php/cbssit/article/view/1468/968
https://www.bajangjournal.com/index.php/JISOS/article/view/5342/4026
https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/ajudikasi/article/view/3218/1700
https://jurnalp4i.com/index.php/knowledge/article/view/1673/1601
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/artdesign/article/view/21335/0
https://journals.telkomuniversity.ac.id/demandia/article/view/2188
http://openlibrary.telkomuniversity.ac.idhttps://staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/peran+penting+sinematografi.pdf
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/132525
https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/3189/2573
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1374458
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/IKRAITH-ABDIMAS/article/view/278
https://journals.ums.ac.id/index.php/khif/article/view/7028
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1029644
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1686851
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1214838
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1941521
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2110156
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2123672