Friday, June 21, 2024

Analisis Logo Lama Pos Indonesia

 



ABSTRAK

    Logo Merupakan elemen penting yang berfungsi sebagai identitas visual suatu entitas, mencerminkan nilai filosofi, dan tujuan yang ingin disampaikan. Dalam kajian ini logo dianalisis dari perspektif denotasi dan konotasi untuk memahami makna yang lebih dalam dari simbol-simbol yang digunakan. Studi ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, menumpulkan data dari studi literatur yang kredibel. Logo PT. Pos Indonesia digunakan sebagai objek penelitian, dimana elemen-elemen visual seperti burung merpati, bola dunia, dan penggunaan warna dianalisis secara mendalam. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa logo ini tidak hanya menggambarkan identitas perusahaan tetapi juga menyampaikan nilai-nilai seperti kecepatan, ketepatan, dan kepercayaan serta semangat, dinamisme, dan energi yang tinggi.

PENDAHULUAN

Logo merupakan suatu identitas terhadap suatu entitas yang mempunyai suatu kriteria khusus tertentu seperti bentuk, filosofi dan warna. Kata logo sebenarnya diambil dari kata logotype yang mulanya digunakan pada tahun 1910 sampai tahun 1840. Memiliki arti sebuah tulisan yang dibentuk secara khusus dengan memanfaatkan suatu teknik letttering atau menggunakan jenis huruf tertentu yang menarik. Pada proses perkembangannya, logo dibuat dengan semakin kreatif lagi yang menggabungkan beberapa elemen, seperti gambar dan sketsa. Logo adalah suatu instrumen yang menggambarkan harga diri dimana seluruh nilainya bisa mewujudkan citra yang baik dan mampu dipercaya. Suatu logo akan membuat masyarakat mengingat dan mengenal suatu bentuk entitas tanpa harus membaca deskripsi maupun penjelasan tentanf entitas tersebut.

Logo menggambarkan sejauh mana kualitas yang dibuat simbol, seperti memiliki pendekatan terhadap budaya perusahaan, penempatan beberapa posisi penting atau aspirasi dari perusahaan. Logo yang bagus bisa membuat masyarakat mengingat dan mengenalnya langsung tanpa harus melihat penjelasan lengkap tentanf apa yang disimbolkan tersebut. Logo merupakan salah satu desain komunikasi visual. Desain komunikasi visual sering disebut juga dengan desain grafis. Arti dari kedua kata ini sama, yaitu suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan sebuah informasi atau sebuah pesan dengan cara seefektif mungkin. Arti lain dari desain komunikasi visual adalah seni rupa terapan yang menggunakan ungkapan kreatif dan berbasis komunikatif dan informatif, yang disampaikan oleh masyarakat dengan bahasa persuasif secara visual dengan mengolah elemen desain grafis yang berupa bentuk, gambar, huruf, warna, dan layout, sehingga informasi atau pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat di luar sana.

logo juga merupakan simbol visual yang memiliki bentuk dari nilai strategis perusahaan tertentu. Maka dari itulah logo termasuk dari sekian banyak desain komunikasi visual lainnya. Karena desain komunikatif visual apapun itu bisa dikatakan memiliki peranan penting sebagai bentuk komunikasi, maka bisa dikatakan logo juga memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan persepsi yang melekat tentang suatu merek atau perusahaan terhadap seorang konsumen.

Denotasi sering diartikan sebagai makna harfiah atau “makna sesungguhnya” dari suatu kata atau tanda, dan terkadang juga dianggap sebagai referensi atau acuan dari suatu objek atau konsep. Secara umum, proses signifikasi yang terkait dengan denotasi ini berfokus pada penggunaan bahasa yang sesuai dengan apa yang secara konkret diwakilkan oleh kata tersebut (Maria, 2020). Dalam pandangan semiologi Roland Barthes, denotasi dipandang sebagai sistem signifikasi tingkat pertama. Dalam konteks ini denotasi lebih dikaitkan dengan pengertian tertutup atau terbatas dari suatu makna.

Konotasi merupakan istilah yang digunakan Barthes untuk menggambarkan tingkatan kedua dalam sistem signifikasi. Pada tingkat ini, terjadi interaksi antara tanda dengan perasaan dan emosi dari penikmat (audience), serta nilai-nilai budaya yang ada (Wati et al., 2022). Konotasi memiliki makna yang bersifat subyektif atau inter subyektif, artinya makna ini dapat bervariasi antara individu yang berbeda. Konotasi berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. “Konotasi” berasal dari bahasa Latin, yaitu “connotare”, yang berarti “menjadi tanda” dan mengarah pada makna-makna kultural yang berbeda dengan makna denotasi atau bentuk-bentuk lain dari komunikasi. Makna konotasi terdiri dari gabungan makna denotasi dengan segala gambaran, ingatan dan perasaan yang muncul ketika indera kita berinteraksi dengan tanda tersebut. Dengan demikian, denotasi mengacu pada deskripsi tanda terhadap objek secara eksplisit, sedangkan konotasi lebih menekankan bagaimana tanda tersebut digambarkan dalam aspek perasaan, emosi, serta nilai-nilai budaya dan ideologi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Data ini dikumpulkan melalui studi literatur yang tersedia di internet, khususnya dari sumber-sumber yang kredibel seperti artikel akademik, situs web resmi Pos Indonesia, dan publikasi terkait desain grafis. Pencarian artikel dilakukan dengan menggunakan Google untuk mencari sumber-sumber yang terpercaya yang menyediakan wawasan mengenai sejarah, evolusi, dan analisis visual logo Pos Indonesia. Fokus penelitian adalah pada sumber yang memberikan penjelasan mendalam tentang aspek-aspek visual dan simbolik dari logo tersebut.

Analisis data dilakukan dengan cara mengidentifikasi elemen-elemen pada desain Pos Indonesia seperti dari bentuk, warna dan simbol-simbolnya. Elemen ini dianalisis menggunakan makna denotatif dan konotatif untuk mencerminkan nilai-nilai dan identitas dari Pos Indonesia. Informasi yang telah diperoleh lalu digabungkan untuk memberikan gambaran tentang simbolisme dan penerimaan logo Pos Indonesia di mata publik.

ANALISIS LOGO

Denotasi

Logo Pos Indonesia secara denotasi menampilkan gambar burung merpati yang sedang terbang diatas garis garis horizontal. Burung merpati ini memiliki sayap yang terbentang luas dan proporsi burung yang lebih memanjang dan mengecil di ujungnya, ukuran burung lebih besar dibandingkan bola dunia, warna jingga digunakan pada logo tersebut. POS INDONESIA adalah nama perusahaan dengan identitas negara, berada di bawah gambar burung dan bola dunia.

Konotasi

Pada logo PT. Pos Indonesia, burung merpati pos yang siap terbang mengelilingi dunia berjalan semakin cepat yang divisualkan dengan sayap bergaris-garis horizontal dan proporsi burung yang memanjang lalu mengecil di ujungnya, usaha untuk memvisualisasikan kecepatan. Menurut Barthes, garis-garis horizontal di belakang burung merpati, bisa diinterpretasikan sebagai tanda dari sistem distribusi yang terorganisir dengan baik. Gerakan terbang burung merpati itu bisa menandakan mobilitas dan jangkauan yang artinya Pos Indonesia mampu menjangkau seluruh wilayah dengan cepat dan efektif. Ukuran burung lebih besar dibandingkan bola dunia, sehingga dapat terbaca bahwa burung dapat menguasai dunia. Warna jingga pada logo digunakan untuk menandakan sesuatu yang penting, seperti pada burung merpati, bola dunia yang memiliki garis-garis jingga memberikan konotasi semangat, dinamisme dan energi.

POS INDONESIA, menggunakan tipografi dengan tulisan bold. Pos Indonesia adalah nama perusahaan dengan identitas negara, posisinya berada di bawah gambar burung dan bola dunia, disini terbaca bahwa yang utama adalah profesionalitas dibidang usaha.

Berikut adalah penjabaran simbol pada logo beserta maknanya:

  • Simbol Burung Merpati dalam posisi terbang dengan pandangan lurus ke depan, lima garis sayap yang berbentuk garis-garis kecepatan, memiliki arti/makna bahwa Perusahaan dalam menjalankan usahanya mengutamakan pada kecepatan, ketepatan, dan terpercaya.
  • Simbol Bola Dunia melambangkan peran Perusahaan sebagai penyelenggara layanan yang mampu menjadi sarana komunikasi dalam lingkup Nasional maupun Internasional.
  • Tipe tulisan “ POS INDONESIA” dengan huruf Futura Extra Bold memberikan ciri khas sebagai Perusahaan kelas dunia.
  • Warna Logo menggunakan warna korporat yaitu warna Pos Orange dan Abu-abu
  • Warna Pos Orange mengandung arti/makna dinamis dan cepat.
  • Warna Abu-abu yang merupakan warna natural mengandung arti/makna modern dari sisi pendekatan bisnis.

Berikut adalah penjabaran warna yang digunakan pada logo:

a. Ketentuan warna untuk media cetak yaitu,

  • Pantone 165C atau 165U untuk warna khusus pos orange.
  • Pantone, 7540 C atau 7540U untuk warna khusus abu-abu.
  • C = 0, M= 65, Y = 100, K = 0 untuk warna process pos orange.
  • C = 0, M= 0, Y = 0, K = 70 untuk warna process pos orange.

b. Ketentuan warna untuk media elektronik yaitu,

  • R = 230, G=112, B = 21 untuk warna pos orange.
  • R = 76, G = 76, B = 76 untuk warna abu-abu.

KESIMPULAN

Penelitian ini mengungkapkan bahwa logo berfungsi lebih dari sekedar simbol identitas, ia juga merupakan alat komunikasi yang menyampaikan nilai-nilai dan aspirasi perusahaan kepada publik. Melalui analisis denotatif dan konotatif, ditemukan bahwa logo PT. Pos Indonesia menggunakan simbol burung merpati yang terbang dan bola dunia untuk menggambarkan kecepatan, ketepatan, dan jangkauan internasional. Warna jingga pada logo menambahkan makna semangat dan dinamisme, sementara tipografi tebal menunjukkan profesionalisme. Elemen-elemen ini secara kolektif membentuk citra perusahaan yang dapat dipercaya dan diingat oleh masyarakat tanpa memerlukan penjelasan lebih lanjut. Penelitian ini menegaskan pentingnya desain komunikasi visual dalam membentuk persepsi dan citra merek di mata konsumen.

Sunday, June 9, 2024

Literature Review dari 20 Jurnal Mengenai Topik Sinematografi



.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 1

Penulis Jurnal: Alsendo Anjaya, Deli
Judul Jurnal: Studi Perbedaan Komposisi Pada Sinematografi dan Efek Yang Dihasilkan
Halaman Jurnal: 1-5
Teori:
Sinematografi merupakan ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan sekaligus menggabungkan gambar tersebut menjadi satu rangkaian gambar yang memiliki cerita atau penyampaian tentang satu hal. Sinematografi sangat berhubungan dengan fotografi, karena pada dasarnya fotografi menjadi hal utama yang dibutuhkan dan kemudian dibangun dan dibentuk menjadi sinematografi (Lahengko & Van Rate, 2016). Pada sinematografi juga punya komposisi yaitu Rule of Thirds, Headroom, Noseroom atau Lookroom, Leadroom, Leadings Lines.

Metode
Subjek: Peneliti ingin membuat studi mengenai perbedaan komposisi sinematografi dan efek yang dihasilkan yang bermaksud untuk mencari pengertian atau pemahaman mengenai perbedaan tersebut

Bahan dan Cara: Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif  dan metode komparatif yaitu penyebaran kuesioner. Data yang dikumpulkan  hasil dari menjawab melalui google form dengann minimal responden 30 orang.  

Cara Kerja: Dilakukan pengambilan gambar menggunakan komposisi sinematografi, lalu nantinya responden diminta untuk melihat perbandingannya  melalui berbagai platform sosial media, kemudian data tersebut dianalisis barulah terlihat jawabannya jika sudah di rinci melalui tabel.

Hasil Penelitian:
Hasilnya dari penelitian tersebut adalah 58,1% menjawab mudah dalam pengaplikasian teknik sinematografi, 87,1% orang menjawab bahwa teknik sinematografi ini sering digunakan, 54,8 % orang menjawab teknik sinematografi ini mudah diterapkan oleh semua orang

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 2

Penulis Jurnal: Filza Rezeki, Nursapia Harahap, Zuhriah
Judul Jurnal:
Analisis Teknik Sinematografi Dalam Videoklip “Till We Meet Again”
Halaman Jurnal:
2-4
Teori:
Sinematografi merupakan ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabungkan gambar menjadi rangkaian gambar yang bisa menyampaikan cerita atau ide (Spencer, 1973,p.454). Alffy Rev sebagai sebagai sutradara memasukan semua unsur sinematografi pada pembuatan video “Till We Meet Again”

Metode
Subjek: Penelitian tertarik untuk meneliti teknik sinematografi pada video “Till We Meet Again”

Bahan dan Cara: Dipenelitian ini ada dua sumber data, yaitu primer dan sekunder. Videoklip “Till We Meet Again” yang diamati melalui Youtube merupakan sumber data primer, sedangkan buku-buku yang membahas tentang sinematografi merupakan sumber data sekunder.

Cara Kerja: Melakukan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi, dengan cara seperti ini  bisa lebih mudah dalam menganalisis dan mengklasifikasi teknik sinematografi pada videoklip tersebut.

Hasil Penelitian:
Hasil penelitiannya berupa pada penempatan camera angle, yaitu dari sudut pandang kamera objektif, sudut pandang kamera subjektif, sudut pandang point of view

 .

 .

 .

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 3

Penulis Jurnal: Kemala Megahayati, Muhamad Amirulloh, Helitha Novianty Muchtar
Judul Jurnal: Perlindungan Hukum Sinematografi Terhadap Pengaksesan Tanpa Hak Oleh Pengguna Aplikasi Telegram Berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik di Indonesia
Halaman Jurnal: 2-7
Teori:

Sinematografi adalah segala hal mengenai sinema baik dari estetika, bentuk, fungsi, makna, produksi, proses maupun penontonnya. Film sebagai karya sinematografi merupakankarya yang bercerita secara visual yang diwujudkan dalam bentuk film dan dalam proses pembuatan karya tersebut memperhatikan berbagai macam aspek teknis serta pemahaman estetik. Film sebagai karya sinematografi dilindungi oleh hak cipta selama 50 tahun, pelanggaran hak cipta akan merugikan moril dan materil.

Metode
Subjek: Mengkaji asas-asas dan norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan terkait yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Bahan dan Cara: Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca aturan undang-undang, buku-buku, dan sumber kepustakaan lain yang saling berhubungan.

Cara Kerja: Metode kualitatif yang diperoleh disusun dengan sistematis untuk menghasilkan kesimpulan yang mengandung kebenaran objekitif

Hasil Penelitian:
Berdasarkan UU HC, penyebaran suatu film harus didasari izin daripencipta atau pemegang hak cipta untuk memenuhi hak eksklusif yang dimilikinya. Pemberian izin dari penciptaatau pemegang hak cipta kepada orang lain itulah yang disebut lisensi 9Dengan demikian karya sinematografisebagai objek hak cipta baru dapat digunakan

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 4

Penulis Jurnal: Surasa, Sudarman, Suparna, Muhammad Iqbar Fathirdzul Haj
Judul Jurnal: Penerapan Sinematografi Pada Film Animasi 3D Berjudul Tamiya
Halaman Jurnal: 2-6
Teori:
Bambang Semedhi mengatakan di dalam bukunya yang berjudul Sinematografi-Videografi ia menjelaskan bahwa teori yang berkaitan dengan teknik  perekaman  gambar  diam (still Photography) pada dasar  nya hampir  sama dengan teori untuk teknik pengambilan gambar bergerak (movie) (Bambang Semedhi,2011:8).. Sinematografi sangat penting dalam menentukan kualitas dari sebuah film khususnya pada film animasi 3D.Menurut Joseph V. Mascelli dalam bukunya The Five C’s of Cinematography: Motion Picture Filming Techniques ia menjelaskan bahwa dalam mendesain sebuah film produksi sebaiknya membuat sebuah  storyboard yang dimana didalamnya mengatur sudut pandang kamera, player movement, dan komposisi (JosephV.Mascelli,1965:11).

Metode
Subjek: Peneliti menganalisis proses pembuatan film animasi pendek “Tamiya”

Bahan dan Cara: Dalam pembuatan film animasi ini penulis menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif literatur, dan pengembangan dari berbagai sumber buku

Cara kerja: Proses pembuatan film animasi pendek “Tamiya” dimulai dari penulis melakukan brainstorming ide, membuat plot alur cerita archplot, melalui alur tersebut lalu berkembang menjadi naskah, lalu dikembangkan menjadi desain karakter, treatment storyboard dan dubbing

Hasil Penelitian:
Hasil dari penelitian ini penulis lebih menonjolkan sisi sinematografi dan grafisnya yang merupakan teknik dalam memposisikan kamera pada posisi yang paling menarik yang dapat meningkatkan storytelling pada sebuah film animasi.

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 5

Penulis Jurnal: Nurrizky Adi Taruna, Teddy Ageng Maulana, Ranti Rachmawati
Judul Jurnal:
Penerapan Teknik 5C Sinematografi Dalam Film Pendek Secercah Harapan Untuk Sang Ibu
Halaman Jurnal:
3-11
Teori:
Dalam penciptaan film berjudul “Secercah harapan untuk sang ibu” ini memfokuskan pada penggunaan teknik 5C sinematografi, yaitu Camera Angle, Contiunuity, Cutting, Composition, Close Up (Mascelli, 2010). Penerapan teknik 5C sinematografi mampu membangun suatu mood maupun suasana dalam cerita agar mendapatkan kesan dramatis melalui adanya penekanan-penekanan visual tertentu. Pada intinya pembuatan sinematografi bukan sekedar tindakan fotografi akan tetapi proses pengambilan ide, kata-kata, tindakan, emosional, nada, dan semua bentuk komunikasi nonverbal lainnya yang akan menerjemahkannya ke dalam istilah visual (Brown, 2012). Dengan mengaitkan teknik 5C Sinematografi agar menghasilkan suatu film yang lebih estetik melalui penerapan mood yang tenang dengan dibalut oleh pencahayaan yang terang dan pewarnaan kuning, hijau, dan biru agar film ini terkesan damai.

Metode
Subjek: Penulis melakukan penerapan teknik 5C sinematografi

Bahan dan Cara: Dalam proses penciptaan karya film pendek dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi.

Cara Kerja: Sebuah storyboard disusun berdasarkan storyline yang sudah dibuat sebelumnya. Storyboard adalah uraian yang berisi visual dan audio penjelasan dari alur cerita. Storyboard disusun untuk mempermudah penulis untuk membuat sebuah film. Pembuatan film pendek yang berjudul Secercah Harapan Untuk Sang Ibu dibuat berdasarkan storyboard dengan menerapkan beberapa scene yang dianggap penting, selebihnya sutradara melakukan sebuah improvisasi dalam proses pembuatan film.

Hasil Penelitian:
Dalam pengkaryaan ini penulis bermaksud untuk menuangkan kisah pembaktian seorang anak kepada sang ibu dengan harapan untuk memberangkatkan haji kepada sang Ibu dengan penggunaan teknik 5C sinematografi. Berikut adalah contoh penerapan teknik 5C Cinematography pada penciptaan film pendek “Secercah harapan untuk sang ibu” Pada komposisi seorang kameramen perlu menempatkan objek yang diharapkan menjadi Point of Interest atau objek utama yang menjadi pusat perhatian dalam frame. Dalam pengambilan gambar pada adegan tersebut, penulis menerapkan teknik high angle. Dimana dalam pengambilan gambar ini penulis memposisikan mata kamera diarahkan kebawah untuk mengangkap objek. Level angle ini akan menimbulkan kesan subjek menjadi kecil. Close up digunakan untuk melihat bagian kecil dari setiap kejadian dalam adegan tertentu. Sehingga dapat melihat secara detail bagian yang sangat kecil tersebut. Continuity dapat disebut sebagai logika dari sebuah film yang dapat membuat film menjadi realistis dan meyakinkan sehingga membuat penonton bertahan dan hanyut dalam peraturan filmdari awal sampai akhir. Cutting dapat disebut sebagai editing yang melakukan proses memilih, mengatur, dan menyusun shot-shot menjadi satu scene. Pada film pendek “Secercah harapan untuk sang ibu” menerapkan salah satu jenis cutting Smash Cut, yaitu berpindahnya gambar secara tiba-tiba dengan tujuan estetik.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 6

Penulis Jurnal: Nanda Nabila Quratuain, Donny Trihanondo, Adrian Permana Zen
Judul Jurnal: Analisis Penerapan Teknik Sinematografi (mise-en scene) Dalam Penokohan Pada Film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”
Halaman Jurnal: 3-11
Teori:
Film ini sempat memenangkan cukup banyak penghargaan, beberapa diantaranya adalah penghargaan tata kamera, skenario adaptasi, penyuntingan gambar, asambel terbaik, penata musik dan masih banyak lagi di tahun yang sama dengan tahun rilisnya. Dari banyaknya penghargaan yang diraih, banyaknya peminat film dan bagaimana pembawaan film yang disajikan oleh Angga Dwimas Sasongko, menarik penulis untuk mencari tahu dan menganalisa makna-makna yang terkandung dalam visualisasi film untuk menganalisis penokohan dalam film tersebut dengan teknik sinematografi. Dari bagaimana karakter dan pembawaan yang diberikan setiap tokoh, penulis ingin mengetahui bagaimana menerapkan teknik sinematografi terutama pengambilan gambar, penetapan sudut pandang, dan efek editing yang ditambahkan dalam film untuk menghidupkan penokohan, dan dapat terlihat indah, sehingga dapat tersampaikan dengan baik kepada penonton dengan menganalisa teknik sinematografi dan mise-en scene yang digunakan.

Metode
Subjek: Penokohan pada film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”

Bahan dan Cara: Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Data primer: Observasi film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, 2. Data Sekunder: Dokumentasi footage film Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini, Studi pustaka berupa jurnal, buku, dan karya ilmiah baik yang dimuat secara daring maupun cetak, Review film dan berita-berita yang dimuat secara daring mengenai film dan topik yang bersangkutan. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif, dengan pendekatan analisis teknik sinematografi; miseen scene, dengan fokus pada penokohan karakter dengan metode analisis deskriptif.

Cara Kerja: Observasi tentang film terkait, mencari dokumentasi (footage dari film terkait), dan mempelajari serta membedah teknik sinematografi yang menjadi fokus penelitian secara literatur.

Hasil Penelitian:
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa kostum dan latar dapat menyampaikan penokohan atau karakterisasi dengan cukup baik, namun diperlukan unsur-unsur pembangun lain untuk mendalami karakter tokoh dalam film.
 

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 7

Penulis Jurnal: Puri Sulistiyawati, Dimas Irawan Ihya’ Ulumuddin
Judul Jurnal:
Analisis Komponen Visual Dasar Sinematografi Dalam Film Live Action “Green Book”
Halaman Jurnal:
2-26
Teori:
Sinematografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara menangkap dan menggabungkan gambar menjadi rangkaian gambar yang bercerita. Sinematografi adalah bahasa yang didalamnya terdapat kosakata bahasa seperti lensa, komposisi, desain visual, pencahayaan, image control, continuity, movement dan point of view, yang mana puisis puisi dapat dibuat dengan bahasa tersebut (Brown, 2012). Sinematografi pada dasarnya bukan sekedar pengambilan gambar namun meliputi pembangunan ide, kata-kata, aksi, emosi, tone dan berbagai format komunikasi non-verbal dan meramunya dalalm karya visual (Brown, 2012).

Metode
Subjek: Penulis menganalisis komponen visual dasar sinematografi

Bahan dan Cara: Pengumpulan data dilakukan  dengan studi pustaka dan dokumentasi dengan mencari berbagai referensi berupa buku atau jurnal. Penilitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana  metode tersebut  memiliki  ciri  yang berusaha  mengkonstruksi  realitas serta  memahami  maknanya (Somantri,  2005).  Metode  deskriptif  kualitatif  ini digunakan    untuk    mendapatkan    informasi    dan    membuat    deskripsi    yang mendalam  tentang  pengamatan  terhadap  film Green  Book.

Cara Kerja: Tahap  pertama dilakukan   dengan   mengamati   tiap scene yang   ada   pada   film Green   Book. Setelah  dilakukan pengamatan,  tahap  berikutnya  adalah  melakukan  identifikasi  terhadap  tujuh komponen  visual  dasar.  Komponen-komponen  tersebut  kemudian  ditinjau  dan dikaitkan dengan tiap sceneyang ada pada film Green Book.

Hasil Penelitian:
Tone serta color yang  digunakan memiliki  karakteristik  yang  lembut  dan  teduh  yang  cocok  dengan  genre  film tersebut  yaitu  drama. Movement dan rhythm memiliki  peran  dalam  menyajikan visualisasi  yang  tampak  rapi  dengan  penggunaan  pergerakan  dan  ritme  yang sederhana  tapi  tetap  memiliki  porsi  yang  cukup.  Penelitian  ini  masih  terbatas dalam  menganalisis  tiap  visual  adegan  pada  film  Green  Book.  Tidak  semua adegan   dapat   dianalisis   karena   berdasarkan   durasi,   film   tersebut   memiliki adegan  yang  sangat  banyak.  Sehingga  masih  butuh  banyak  perbaikan  untuk membuat  penelitian  ini  lebih  baik  lagi;  yang  mana  untuk  penelitian  lebih  lanjut, dapat  dilakukan  analisis  lebih  mendalam  dengan  menggunakan  pendekatan semiotik.

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 8

Penulis Jurnal: Basuki Sulistio, Sugeng Purwanto, Niam Wahzudik, Heri Tri Luqman B.S., Suripto, Nanang Oktavianto
Judul Jurnal: Peningkatan Kompetisi Sinematografi Bagi Pelajar, Mahasiswa dan Masyarakat Umum di Kota Semarang
Halaman Jurnal: 1-5
Teori:
Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalamsegala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proseslainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan sistem lainnya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi. Terutama bagi mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah sinematografi dalam kurikulum perkuliahannya. Kemampuan tersebut tidak hanya mengenal kamera secara global, melainkan juga seorang pelajar atau mahasiswa dituntut mampu mengoperasikan kamera, proses pra produksi, produksi dan pasca produksi sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru atau dosen serta sebagai upaya untuk peningkatan kompetensi pengetahuan dalam bidang sinematografi, banyak pelajar, mahasiswa serta masyarakat umum yang masih memiliki pengetahuan minim sekali tentang sinematografi. Padahal kemampuan ini sangat diperlukan dalam usaha pembuatan film. Oleh karena itu, dengan dasar ini pengabdian kepada masyarakat bermaksud mengadakan suatu pelatihan sinematografi yang dapat berguna bagi pelajar, mahasiswa khususnya di kota Semarang

Metode
Subjek: Pelajar, mahasiswa, dan masyarakat semarang

Bahan dan Cara: Metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Workshop sinematografi bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. 2) Memberikan pendampingan saat praktik produksi film dalam kegiatan workshop. Untuk program pengabdian kepada masyrakat ini evaluasi program direncanakan dilaksanakan dalam dua bagian, yaitu : 1) Evaluasi proses pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat, dilakukan pada saat proses workshop yang berlangsung dan diberikan bobot 40% dari keseluruhan program. 2) Evaluasi pendampingan, dilakukan terhadap pencapaian dari hasil kerja peserta dalam mengikuti kegiatan workshop, dengan bobot 60% dari keseluruhan program

Cara Kerja: Tahap pertama yaitu menyusun rencana kerja. Tahap kedua yaitu Mengumpulkan peserta sasaran workshop. Tahap ketiga yaitu Pemberian pengarahan kepada peserta workshop. Tahap pertama yaitu pemberian bahan workshop oleh tim pengabdian kepada masyarakat berupa materi dan jadwal pelaksanaan workshop. Tahap kedua yaitu setelah persiapan sudah lengkap, tahap berikutnya adalah memberikan materi dan praktik serta pendampingan dalam workshop.

Hasil Penelitian:
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dan uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1) Peningkatan dan pemahaman dan ketrampilan di bidang sinematografi bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum di Kota Semarang. 2) Peningkatan kualitas dan kuantitas dalam bentuk produk film.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 9

Penulis Jurnal: Estu Miyarso M.Pd.
Judul Jurnal: Peran Penting Sinematografi Dalam Pendidikan Pada Era Teknologi Informasi & Komunikasi
Halaman Jurnal: 2-12
Teori:
Sinematografi secara etimologis berasal dari bahasa Latin yaitu; Kinema (gerak), Photos (cahaya), Graphos (lukisan/ tulisan). Jadi sinematografi dapat diartikan sebagai aktivitas melukis gerak dengan bantuan cahaya. Menurut Kamus Ilmiah Serapan Bahasa Indonesia (Aka Kamarulzaman: 2005, 642). Sinematografi diartikan sebagai ilmu dan teknik pembuatan film atau ilmu, teknik, dan seni pengambilan gambar film dengan sinematograf. Sinematografi itu sendiri bararti kamera untuk pengambilan gambar atau shooting, dan alat yang digunakan untuk memperoyeksikan gambar-gambar film. Sedangkan sinema (cinema) diartikan sebagai gambar hidup, film, atau gedung bioskop. Film (movie atau cinema) merupakan produk atau buah karya dari kegiatan sinematografi. Film sebagai karya sinematografi merupakan hasil perpaduan antara kemampuan seseorang atau sekelompok orang dalam penguasaan teknologi, olah seni, komunikasi, dan manajemen berorganisasi.

Metode
Subjek: Pendidikan di Indonesia

Bahan dan Cara: -

Cara Kerja: -

Hasil Penelitian:
Melalui keahlian dasar sinematografis masih terus terbuka lebar peluang untuk mengembangkan produk-produk Teknologi Pendidikan (TP) baik film atau video pembelajaran dengan berbagai bentuk dan format penyajian sebagaimana telah diuraikan di atas. Tentu sebagai ciri khas atau karakter dari hasil karyanya, produk TP perlu terus memperhatikan kaidah atau prinsip pembelajaran, tujuan pembelajaran, karakteristik calon penonton atau user-nya dan kondisi sarana prasarana pembelajaran yang akan diterapkan.

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 10

Penulis Jurnal: Arif Eko Suprihono, Andri Nur Patrio
Judul Jurnal: Menemukan Formula Sinematografi Seni Pertunjukan
Halaman Jurnal: 1-9
Teori:
Televisi sebagai salah satu agent perubahan bangsa Indonesia memiliki potensi besar untuk berperan aktif dalam menyeleksi dan menjaga kelestarian seni pertunjukan tradisional Indonesia. Model sinematografi Indonesia materi siaran televisi diduga keras menjadi salah satu kunci penting untuk dapat masuk pada identitas tayangan berkarakter dan unggul dalam menjaga, melestarikan, mengemas seni pertunjukan tradisional suku-suku bangsa Indonesia di era Multimedia. Bukti perubahan paradigma estetika dalam menata panggung wayang kulit yaitu, ada perubahan arah menonton yang sangat ekstrem,  sudut pandang yang diformat dari camera angle dalam pagelaran wayang kulit bahkan harus mengubah tempaat duduk para sidhen atau vokalis pendukung. Sinematografi memiliki tambahan kesulitan teknik yang mencangkup gerakan kamera dan kemungkinan kreativitas yang disebabkan oleh kreasi gerakan itu. Pemahaman prinsip sinematografi sangat penting bagi pekerja kreatif media penyiaran

Metode
Subjek: Seni pertunjukan di setiap suku bangsa Indonesia

Bahan dan Cara: -

Cara Kerja: -

Hasil Penelitian:
Hasil kerja kreatif di industri televisi memberikan pelajaran penting untuk dapat diformulasikan sebagai model. Setiap aspek dari televisi menunjukan ketergantungan yang merupakan kelompok kategoris proses diskursif melalui interaksi budaya mereka dengan industri, penonton dan konteks yang begitu luas

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 11

Penulis Jurnal: Tunjung Riyadi
Judul Jurnal: Sinematografi dengan kamera DSLR
Halaman Jurnal: 2-10
Teori:
Pengetahuan   fotografi   bisa   jadi   menjadi   alat   ukur   yang   paling   mudah   untuk   menuju   pengarahan  sinematografi  yang  mengedepankan  estetika.  Hal  ini  memang  cukup  masuk  akal  di  era  sekarang  ini.  Saat  ini,  umumnya  kamera  fotografi  sudah  dilengkapi  dengan  kemampuan  merekam  gerak  atau  video. Yang  menjadi  pertanyaan  adalah,  bagaimana  perbedaan  dan  persamaan  kaidah-kaidah  standar  fotografi  dengan  sinematografi  pada  kamera  DSLR.  Sejalan  dengan  pemikiran  Ablan  (2002),  mereka  yang  mempunyai  latar  belakang  seni  rupa  tradisional  termasuk  fotografi  dan  sinematografi  analog,  banyak  terbantu  ketika  memasuki  ranah  seni  digital.  Hal  ini  termasuk  jika  memasuki ke sinematografi digital yang mengandalkan kamera digital SLR. Dalam  paparannya  akan  ada  perbandingan  kaidah  fotografi  dengan  kaidah  sinematografi.  Dalam  hal  ini,  banyak  kesamaan  teknis  fotografi  yang  dipakai  juga  dalam  ranah  sinematografi,  misalnya  parameter  pemakaian  lensa  &  kamera,  pencahayaan,  tata  letak  objek  dengan  kamera video yang berbasis DSLR

Metode
Subjek: Seseorang yang akan belajar sinematografi

Bahan dan Cara: Metode  yang  dipakai  berupa  pendekatan  empiris,  yang  merupakan  pengalaman  penulis  dan  pengamat.  Di  sini  penulis  menyimpulkan  pandangan  empiris  dari  tema  ini  berdasarkan  pengalaman  dan pengamatan, karena profesi dan bidang pengajaran penulis banyak di area ini. Untuk memperkuat hasil, penulis melakukan studi pustaka sebagai pendukung. Studi pustaka merupakan rangkuman dari berbagai  sumber  untuk  memperkuat  hasil  tulisan.

Cara Kerja: Pembahasan diuraikan dalam bentuk deskripsi teknis  kamera  DSLR  sebagai  alat  fotografi.  Kemudian  di  komparasikan  sisi  teknis  kamera  untuk  sinematografi.  

Hasil Penelitian:
Dalam  sinematografi  menggunakan  DSLR,  pengguna  sebenarnya  sudah  dimudahkan  secara  kaidah  fotografi  karena  adanya  kesamaan  aspek  tertentu.  Namun  demikian,  karena  basisnya  video  adalah gambar bergerak, maka aspek teknis video atau film harus tetap diketahui. Jadi  bila  seseorang  telah  mempelajari  aspek  teknis  fotografi  dalam   DSLR,   fotografi   itu   sendiri   telah   menjadi   jembatan   penting   mempelajari   aspek   teknis   sinematografi dengan kamera yang sama.

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 12

Penulis Jurnal: Rika Permata Sari, Assyari Abdullah
Judul Jurnal: Analisis Isi Penerapan Teknik Sinematografi Video Klip Monokrom
Halaman Jurnal: 1-5
Teori:
Dalam dunia perfilman khususnya di sektormusik, sekarang mulai marak musik atau lagu yang menggunakan konsep film atau videoklip sebagai sarana penegasan lagu atau media pendukung penyampaian pesan dalam lagu tersebut melalui media audio dan visual. Dalam pembuatan videoklip, sinematografi sangat berperan penting agar suatu video tersebut menarik dan dapat menyampaikan pesan dengan baik. Hal ini karena sinematografi merupakan ilmu terapan yang membahas teknik mengambil gambar tersebut sehingga menjadi sebuah rangkaian gambar yang dapat menyampaikan cerita atau ide. Teknik sinematografi meliputi camera angle, type shoot, camera movement, objek movement, compotition, continuity, cutting, penataan cahaya, ketajaman gambar, dan lain-lain. Tulus Company adalah sebuah perusahaan label musik independen yang didirikan oleh Tulus bersama kakak kandungnya, Riri Muktamar pada tahun 2010. 50 penghargaan baik di bidang musik dan sinematografi telah Tulus dapatkan di 7 tahun perjalanan musiknya. Pada tahun 2017 lalu, Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards dari album Monokrom berhasil meraih penghargaan, kategorinya di antara lain Album Terbaik (Album Monokrom).

Metode
Subjek: Penelitian yang dilakukan pada videoklip Monokrom dengan media youtube dan dokumentasi.

Bahan dan Cara: Pengumpulan data didapatkan melalui dokumentasi dan studi pustaka yang diperoleh dari buku, jurnal, skripsi, internet serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Rumus untuk menghitung reliabilitas data ialah dengan menggunakan formula Oleh R. Holsti. dengan angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,75. Jika persetujuan antara pengkoding tidak mencapai 0,75 maka kategorisasi operasional mungkin perlu dirumuskan lebih spesifik lagi. Dalam penelitian ini menggunakan metode Analisis Isi Kuantitatif dengan pendekatan Deskriptif, atau lebih sering disebut dengan Analisis Isi Deskriptif

Cara Kerja: Mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Penggunaan analisis isi dalam komunikasi dilakukan terhadap berbagai masalah yang terkait dengan isi media massa.

Hasil Penelitian:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan pendekatan analisis isi terhadap videoklip Monokrom, maka peneliti menemukan hasil bahwa camera angle paling banyak digunakan adalah eye level untuk mempertegas objek beserta ekspresi sebesar 50.54%. Untuk type shot paling banyak digunakan adalah long shot untuk memperlihatkan objek dengan lingkungan sekitar sebesar 39.78%. Sedangkan compotition paling banyak digunakan adalah nose room agar objek menjadi komunikatif yaitu sebesar 50%. teknik- teknik pada tiap-tiap indikator berbeda besaran presentse agar videoklip menjadi menarik, sehingga sinematografi dalam menyampaikan pesan ungkapan terimakasih sangat kuat dalam videoklip Monokrom tersebut.

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 13

Penulis Jurnal: Firdaus Noor, Siti Maryam, Fiber Pro
Judul Jurnal: Sinematografi Sebagai Upaya Peningkatan Promosi Pariwisata di Kampung Nde, Jawa Barat
Halaman Jurnal: 2-7
Teori:
Keindahan    budaya    dan alam  akan  menjadi  pengalaman  yang tidak  akan  pernah  terlupakan.  Sebab keindahan    itu    tidak    akan    pernah ditemui di tempat lain. Oleh karena itu, keindahan   budaya   dan   alam   dapat dijadikan    alat    untuk    meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat. Salah satu tempat yang menyimpan keindahan budaya sekaligus  alam  adalah  Kampung  Nde. Kampung  yang  terletak  di  Kabupaten Cianjur    ini,    menyimpan    keindahan budaya    yang    memikat. Promosi  Kampung  Nde  hanya dilakukan  oleh  para  wisatawan  yang datang   dengan   cara   merekam   atau menulis   mengenai   keindahan   budaya yang  ada  di  kampung  ini.  Hal  tersebut menjadi kurang menarik dan terstruktur sebagai   media   promosi.   Diperlukan sineas   lokal   yang   kompeten   untuk melakukan  dokumentasi.  Dokumentasi tersebut   bisa   dijadikan   media   iklan, feature,   bahkan   film,   sebagai   upaya promosi wisata budaya dan alam Kampung  Nde. Dokumentasi  tersebut selanjutnya bisa dijadikan bahan promosi kepada wisatawan asing untuk datang. Hal  tersebut dapat diselesaikan dengan cara pelatihan dan pendampingan sinematografi sebagai upaya mempromosikan  budaya  dan  alam  di Kampung Nde .

Metode
Subjek: Masyarakat Kampung Nde, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat memiliki kemampuan yang masih kurang dalam hal sinematografi sebagai  upaya  promosi.

Bahan dan Cara: Adapun program  dilaksanakan  dengan  metode workshop atau lokakarya tentang sinematografi  dan  pelatihan  produksi film. Metode    workshop    digunakan untuk  transfer  ilmu  pengetahuan  serta memperkenalkan  keterampilan  praktis dan   teknik   sinematografi.   Sementara metode  produksi  film  bertujuan  untuk mendokumentasikan gambar-gambar dengan   teknik   sinematik   yang   akan digunakan    dalam    membuat    media promosi.

Cara Kerja: Kegiatan ini diberikan kepada masyarakat Kampung Nde dengan menggunakan   metode   ceramah   dan diskusi  serta  praktik.  Bertujuan  untuk memberikan wawasan sinematografi dan  mampu  mengimplementasikannya sebagai  upaya  pengembangan promosi pariwisata di Kampung Nde, Jawa barat.

Hasil Penelitian:
Temuan data ini  merupakan  hasil  dari  pengamatan mengenai   potensi   budaya   dan   alam yang dapat dijadikan mise en scene dari sinematografi   yang   kemudian   dapat memberikan  dampak  yang  positif  bagi promosi   pariwisata   Kampung   Ende, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. ada  banyak potensi  wisata  alam dan budaya yang belum terdokumentasikan  secara  maksimal  di Kampung  Nde.  Jika  hal  tersebut  dapat dikembangkan  secara  maksimal,  maka Kampung  Nde  akan  menjadi  destinasi wisata  dengan  jumlah  wisatawan  yang terus   meningkat.   Hal   tersebut   akan berimbas kepada pengembangan potensi  pariwisata  Kampung  Nde  dan pada akhirnya juga akan meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat di Kampung  Nde  yang  akan  berkembang ke arah yang positif. Namun kurangnya peralatan  yang  memadai  bisa  menjadi salah   satu   penghambat   dari   industri kreatif  yang  akan  muncul  di  Kampung Nde.  Diharapkan  turut  serta  pihak  lain dalam   memberikan   bantuan   kepada masyarakat   setempat   agar   hasil   dari sinematografi bisa lebih sempurna.

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 14

Penulis Jurnal: Hartarto Junaedi, Mochamad Hariadi, I Ketut Edi Purnama
Judul Jurnal: Penerapan Sinematografi Dalam Penempatan Posisi Kamera dengan Menggunakan Logika Fuzzy
Halaman Jurnal: 1-6
Teori:
Penggunaan teknologi sekarang bergeser dari 2D menjadi 3D dan dituntut ke level yang lebih tinggi lagi. Permainan komputer dan animasi dituntut semakin riil sesuai dengan dunia nyata. Karena itulah dibutuhkan keterlibatan seorang sutradara yang mengerti kaidah sinematografi dalam proses pembuatan. Sinematografi adalah pengaturan pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar fotografi untuk sebuah sinema Agar dapat menghasilkan sebuah film yang baik, maka kaidah sinematografi perlu diperhatikan. Dengan adanya penataan kamera yang baik sebuah film dapat menjadi lebih menarik dan sesuai dengan jalan cerita yang dibuat. Sinematografi yang baik akan membantu penonton untuk dapat memahami ide atau jalan cerita yang diangkat. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam dunia sinematografi adalah camera angle, continuity, cutting, dan composition. Logika fuzzy adalah bentuk dari logika dengan nilai kebenaran bernilai bilangan real berkisar antara 0 dan 1 yang dikenal dengan fuzzy (kabur). Hal ini berbeda dengan logika boolean yang nilai kebenaran hanya 0 dan 1. Logika fuzzy digunakan untuk menangani konsep kebenaran parsial, di mana nilai kebenaran di antara benar sepenuhnya dan salah sepenuhnya.

Metode
Subjek: Penulis menerapkan sebuah gaya sutradara pada penempatan posisi kamera virtual secara otomatis

Bahan dan Cara: Beberapa penelitian yang dibahas, dapat dilihat bahwa pendekatan metode evolusioner dan pendekatan berbasis pelatihan semacam support vector machine dapat digunakan untuk melakukan penempatan posisi kamera secara otomatis maupun semi otomatis pada lingkungan virtual. Tetapi kedua pendekatan di atas tentu saja membutuhkan waktu komputasi yang cukup berat dan data untuk pelatihan, padahal dalam permainan komputer penempatan posisi kamera harus secara real time sesuai dengan masukan kombinasi tombol yang dilakukan oleh pengguna. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan pendekatan berbasis logika fuzzy

Cara Kerja: Penelitian ini akan mengusulkan sebuah teknik untuk menerapkan sebuah gaya sutradara pada penempatan posisi kamera virtual secara otomatis dalam lingkungan virtual (permainan komputer maupun animasi) sesuai dengan kaidah sinematografi

Hasil Penelitian:
Berdasarkan hasil histogram profiling dan hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa dapat dilakukan penempatan posisi kamera yang sesuai dengan kaidah sinematografi secara otomatis, karena dalam permainan komputer penempatan dan pergerakan posisi kamera virtual dilakukan secara real time. Namun demikian diharapkan pada masa depan dapat dilakukan penelitian dengan melibatkan lebih banyak aksi serta adanya rintangan dan karakter non playable character yang bergerak secara mendadak.

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 15

Penulis Jurnal: Mukhammad Nurzadi Risata, Hata Maulana
Judul Jurnal: Penerapan Animasi dan Sinematograpi dalam Film Animasi “Jenderal Soedirman”
Halaman Jurnal: 1-11
Teori:
Sebelumnya telah dibuat beberapa film animasi dan sudah ada pembahasan mengenai pembuatan film animasi stopmotion mengenai sejarah. Namun masih belum ada yang membahas secara spesifik mengenai penerapan sinematografi dalam pembuatan film stopmotion. Maka dari itu dibuatlah Film animasi edukasi yang dapat mengenalkan sejarah dengan menggunakan teknik yang modern, yaitu teknik stopmotion dengan judul Jenderal Soedirman. Menurut Kamus Ilmiah Serapan Bahasa Indonesia Sinematografi diartikan sebagai ilmu dan teknik pembuatan film atau ilmu, teknik, dan seni pengambilan gambar film dengan menggunakan alat perekam. Film atau Cinema merupakan produk atau buah karya dari kegiatan sinematografi. Film sebagai karya sinematografi merupakan hasil perpaduan antara kemampuan seseorang atau sekelompok orang dalam penguasaan teknologi, olah seni, komunikasi, dan manajemen berorganisasi

Metode
Subjek: Film Jendral Soedirman ini merupakan film animasi yang dibuat menggunakan teknik stopmotion, film animasi stopmotion ini ditujukan untuk kalangan pelajar yaitu pada usia 10-25 tahun

Bahan dan Cara: Pembuatan film animasi stopmotion ini membutuhkan storyboard, untuk mempermudah dalam menuangkan sebuah cerita menjadi sebuah animasi. Dalam pembuatan desain storyboard ini Setelah menyiapkan Storyboard dan aset-aset yang telah di kumpulkan pada tahap Material collecting, maka dapat di lanjutkan ke tahap realisasi.

Cara Kerja: Tahap ini merupakan tahap dimana aset-aset yang telah dikumpulkan akan dianimasikan dan akan diambil gambarnya dengan teknik stopmotion (frame-by-frame) sesuai dengan storyboard yang telah dibuat. Proses animasi dilakukan dengan menerapkan perinsip animasi, dan pengambilan gambar dilakukan dengan menerapkan sinematografi, seperti angle camera, camera movement, dan type of shot.

Hasil Penelitian:
Penelitian yang dilakukan berhasil membuat film animasi stopmotion yang memiliki nilai edukasi untuk kalangan pelajar, bedasarkan survei sebanyak 98% pemirsa setuju bahwa film animasi Jenderal Soedirman ini bagus untuk dijadikan sebagai media pembelajaran. Semua teknik yang dilakukan untuk menerapkan sinematografi dalam pembuatan film animasi stopmotion “Jenderal Soedirman” ini berhasil, berdasarkan survey pemirsa menyetujui bahwa sinematografi yang diterapkan sudah bagus.

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 16

Penulis Jurnal: Heri Triluqman, Mulyoto, Leo Agung Sutimin
Judul Jurnal: Pengembangan Model Aplikasi Simulator Kamera Video Berbasis Android Untuk Mata Kuliah Sinematografi Pembelajaran
Halaman Jurnal: 2-9
Teori:
Saat ini penggunaan atau penerapan mobile learning sebagai sebuah kecenderungan baru dalam belajar, membentuk paradigma pembelajaran yang dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun semakin meluas. Beberapa faktor pendorong hal tersebut, di antaranya adalah tingkat perkembangan perangkat bergerak yang sangat tinggi, tingkat penggunaan yang relatif mudah, dan harga perangkat yang semakin terjangkau, dibandingkan dengan perangkat komputer personal (Rusman, 2013). Kamera video yang dimiliki laboratorium prodi Teknologi Pendidikan sejumlah 6 unit (4 unit merk Panasonic dan 2 unit merk Sony) di bandingkan dengan 76 mahasiswa peserta mata kuliah senematografi pembelajaran dalam 1 semester. Dengan kondisi seperti itu, untuk mengakselerasi proses belajar mahasiswa, maka perlu dikembangkan suatu media yang memungkinkan mahasiswa dapat belajar terlebih dahulu sebelum memegang peralatan kamera video secara langsung. Oleh karenanya, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan desain model aplikasi simulator kamera video berbasis android untuk mata kuliah sinematografi pembelajaran prodi Teknologi Pendidikan FIP Unnes.

Metode
Subjek: Subjek penelitian ini adalah mahasiswa prodi Teknologi Pendidikan FIP Unnes semester 2 (dua) yang menempuh mata kuliah sinematografi pembelajaran. Jumlah responden sebanyak 77 mahasiswa dari 2 (dua) rombel. Berdasar hasil kuesioner yang diisi oleh mahasiswa, diperoleh data-data sebagaimana diuraikan pada penjelasan berikut. Jumlah smartphone yang dimiliki mahasiswa adalah sebagai berikut: 94,8% mahasiswa hanya memiliki 1 (satu) smartphone, sementara 5,2% mahasiswa memiliki 2 (dua) buah smartphone. Data ini juga menunjukkan bahwa tidak ada satupun mahasiswa yang memiliki lebih dari 2 (dua) smartphone.

Bahan dan Cara: Metode penelitian ini mengacu pada strategi penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2016) dengan beberapa modifikasi yang telah dikembangkan oleh Sukmadinata

Cara Kerja: Penelitian yang digunakan dalam penelitian fokus pada tahap kedua, yaitu tahap pengembangan model. Dalam tahap ini, penelitian yang dilakukan mencakup langkah-langkah sebagai berikut (1) Model pengembangan (desain produk), (2) Validasi desain, (3) Revisi desain

Hasil Penelitian:
Dalam pengembangan model aplikasi simulator kamera video berbasis android untuk mata kuliah sinematorgrafi pembelajaran, peneliti mengembangkannya sesuai dengan bahan acuan yang telah disusun sebelumnya. Bahan acuan tersebut diawali dengan analisis kebutuhan, kemudian menyusun peta kompetensi, peta materi, Garis Besar Isi Media (GBIM), Jabaran Materi, Flowchart dan Naskah. Semua bahan acuan itu digunakan sebagai pengendali proses pengembangan agar tidak melenceng dari konsep pengembangan awal. Sehingga aplikasi yang di kembangkan tetap terarah untuk mencapai tujuan dan kompetensi yang ditetapkan. Proses selanjutnya adalah melakukan validasi media dan validasi materi kepada pakar di bidangya, kemudian merevisi aplikasi tersebut berdasarkan catatan dari validator, sehingga aplikasi siap digunakan

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 17

Penulis Jurnal: Supriyadi
Judul Jurnal: Perancangan Animasi Stopmotion Pangeran Diponegoro Berbasis Sinematografi
Halaman Jurnal: 2-9
Teori:
Pemakaian unsur animasi di dalam sebuah aplikasi mult imedia sangat menjanjikan suatu tampilan visual yang lebih dinamis, dapat menampilakan sesuatu tampilan visual yang imajinatif dan mustahil dalam kehidupan yang sebenarnya tetapi dapat divisualisasikan secara meyakinkan dalam animasi. Stopmotion memiliki beberapa kelebihan, berikut kelebihan penggunaan teknik stopmotion: 1. Tidak menggunakan banyak gambar 2. Tidak memerlukan peralatan yang sulit 3. Kreatifitas dalam pembuatan desain objek dan pengembangan animasi. Menurut Kamus Ilmiah Serapan Bahasa Indonesia Sinematografi diartikan sebagai ilmu dan teknik pembuatan film atau ilmu, teknik, dan seni pengambilan gambar film dengan menggunakan alat perekam. Film atau Cinema merupakan produk atau buah karya dari kegiatan sinematografi. Film sebagai karya sinematografi merupakan hasil perpaduan antara kemampuan seseorang atau sekelompok orang dalam penguasaan teknologi, olah seni, komunikasi, dan manajemen berorganisasi. (Naratama Rukmananda, 2014). Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi.. Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage)

Metode
Subjek: Film Pangeran Diponegoro ini dibuat dengan menerapkan prinsip animasi dan sinematografi

Bahan dan Cara: Storyboard merupakan kumpulan sketsa gambar yang disusun secara berurutan dan disesuaikan dengan naskahnya sehingga ide cerita bisa disampaikan dengan mudah. (Hart, 2008). Setelah menyiapkan Storyboard dan aset-aset yang telah di kumpulkan pada tahap Material collecting, maka dapat di lanjutkan ke tahap realisasi. Tahap ini merupakan tahap dimana aset-aset yang telah dikumpulkan akan dianimasikan dan akan diambil gambarnya dengan teknik stopmotion (frame-by-frame). Setelah gambar/frame telah di-tunning, maka dapat dilanjutkan ke tahap penyusunan frame menjadi sebuah scene. Setelah semua frame-frame disusun menjadi scene, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah, menggabungkan scene menjadi sebuah film animasi. Setelah semua scene digabungkan menjadi sebuah film animasi, tahap terakhir yang dilakukan adalah tahap export, dimana film animasi yang telah dibuat akan di-export file menjadi sebuah video. Mastering Editing Salah satu kunci keberhasilan sebuah film atau video adalah proses editing. Menyunting atau mengumpulkan video yang sudah diambil atau direkam. Setelah semua video yang direkam selama proses shooting sudah dikumpulkan, editor harus menyusun ulang video-video tersebut sesuai dengan urutan sebagaimana tercantum dalam naskah atau skenario. Memfilter video berarti memilih gambar-gambar yang penting saja dan memberikan efek dan manipulasi grafik lainnya untuk meningkatkan tampilan video agar lebih enak dilihat, juga agar terhindar dari gambar-gambar yang mengganggu jalannya cerita. Mengolah suara, baik suara asli yang muncul ketika proses pengambilan gambar atau suara-suara tambahan. membuat titel pada video tersebut, yaitu informasi teks atau keterangan yang berkaitan dengan materi video. Setelah tahapan-tahapan di atas selesai dikerjakan, video editor harus melakukan pekerjaan akhirnya, yaitu tahap finishing.

Cara Kerja: Metode yang dapat digunakan didalam perancangan ini yaitu: 1. Tahap analisa Tahapan analisa disini meliputi pengambilan data dari storyboard, dan referensi akan film animasi yang digunakan. 2. Perancangan Karya Untuk tahapan perancangan karya yang digunakan adalah proses desain, proses pengumpulan material, menyusun frame, menggabungkan scene, export media dan mastering editing.

Hasil Penelitian:
Semua teknik yang dilakukan untuk menerapkan sinematografi dalam pembuatan film animasi stopmotion “Pangeran Diponegoro” ini berhasil, berdasarkan survey pemirsa menyetujui bahwa sinematografi yang diterapkan sudah bagus.

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 18

Penulis Jurnal: Baso Indra Wijaya Aziz, Abd. Aziz Ahmad
Judul Jurnal: Teknik sinematografi praktis menggunakan smartphone bagi dosen pengabdi di Universitas Negeri Makassar
Halaman Jurnal: 1-4
Teori:
Sejalan dengan perkembangan teknologi digital, maka guru dan dosen serta peserta didik dituntut harus mampu beradaptasi dengan keterampilan abad 21 (21st Century Skills) yaitu bisa berfikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan inovatif serta ketrampilan komunikasi dan kolaborasi. Selain itu, keterampilan mencari, mengelola dan menyampaikan informasi serta terampil menggunakan informasi dan teknologi (Wibawa 2018).

Metode
Subjek: Dosen pengabdi untuk memaksimalkan smartphone yang dimiliki sehingga dapat mengolah foto dan video menjadi tayangan audio visual yang mampu menyampaikan pesan dengan baik.

Bahan dan Cara: Bisa dikatakan bahwa perangkat yang sangat menunjang aktivitas kegiatan dosen adalah smartphone. Berkesesuaian dengan pelatihan pengabdian yang dilakukan dengan fokus memberikan teknis dasar sinematografi bagi dosen

Cara Kerja: (1) Persiapan dan pembekalan. Persiapan yang dilakukan berupa merancang video tutorial yang akan dijadikan materi pada pelaksanaan kegiatan. (2) Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan cara memberikan materi tentang wawasan perkembangan kamera digital hingga penggunaan smartphone untuk kepentingan dokumentasi. (3) Rencana keberlanjutan program tidak hanya sekedar pelatihan pada saat itu saja, namun kami membuat kelas online konsultasi teknis maupun non teknis teknik dasar sinematografi bagi para peserta yang telah mengikuti kegiatan pelatihan.

Hasil Penelitian:
Dosen pengabdi mampu memaksimalkan fungsi dan fitur video dari kamera smartphone. Pemahaman dasar berupa prinsip kerja video pada smartphone. Dosen pengabdi mampu melakukan pengambilan gambar dengan komposisi pengambilan gambar yang baik disertai dengan pergerakan kamera yang simpel namun memberi kesan dinamis. Dosen pengabdi memahami konsep dalam pembuatan video sehingga dapat menyampaikan pesan dengan komunikatif.

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 19

Penulis Jurnal: Cica Wiswanti, Unik Hanifah Salsabila
Judul Jurnal: Penggunaan Sinematografi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Halaman Jurnal: 2-8
Teori:
Pada artikel ini penulis menyajikan sebuah gagasan mengenai penggunaan sinematografi sebagai media pembelajaran PAI. Sinematografi sebagai produk dari perkembangan TIK diharapkan dapat menjadi media penyampai materi pembelajaran PAI. Penulis berharap tulisan ini mampu menjadi pembahasan yang dapat menginspirasi inovasi media pembelajaran khususnya pembelajaran PAI sehingga tercipta pembelajaran yang disampaikan dengan media yang variatif, menarik dan tidak membosankan, serta dapat mengakomodir modalitas belajar siswa.

Metode
Subjek: Penulis ingin memberikan wawasan dan pandangan terkait penggunaan sinematografi dalam pembelajaran, khususnya pada proses pembelajaran PAI.

Bahan dan Cara: penulis menggunakan metode penelitian deskriptif bagaimana penggunaan sinematografi sebagai media pembelajaran PAI kemudian dianalisis melalui literature kepustakaan yang mendukung. Pendekatan pada penulisan artikel ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan data deskriptif, yaitu berupa data yang dikumpulkan dengan menggunakan kata-kata. Pembahasan masalah pada artikel ini, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan P-ISSN 2527-9610 E-ISSN 2549-8770 100 dengan mengumpulkan berbagai data dan informasi dari sumber pustaka, seperti artikel, jurnal, buku dan sumber pustaka lainnya

Cara Kerja: Penulis berharap tulisan ini mampu menjadi pembahasan yang dapat menginspirasi inovasi media pembelajaran khususnya pembelajaran PAI sehingga tercipta pembelajaran yang disampaikan dengan media yang variatif, menarik dan tidak membosankan, serta dapat mengakomodir modalitas belajar siswa.

Hasil Penelitian:
Sinematografi menjadi salah satu inovasi media pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru PAI. Dengan menggunakan sinematografi sebagai media pembelajaran maka guru akan mampu mengakomodir dua modalitas siswa sekaligus, yakni siswa dengan modalitas belajar audio dan siswa dengan modalitas belajar visual.

.

.

.

TOPIK 1: Sinematografi

Literature Review Jurnal 20

Penulis Jurnal: Sifa Sultanika
Judul Jurnal: Sinematografi Film Pendek Yogyakarta
Halaman Jurnal: 2-8
Teori:
Gotot Prakoso mengatakan bahwa, film pendek menempati posisi yang khusus secara idealisme karena walaupun tidak bersifat komersial, masih banyak kalangan sineas yang peduli terhadap film pendek. Karena kepedulian ini, maka perfilman nasional akan selalu hidup (Prakoso, 2001 : 38). Pengambilan gambar dalam ruang juga cukup mendominasi pada setiap filmnya. Sebagai contoh bagian dialog pada setiap film menjadi salah satu perhatian tentang bagaimana seorang sutradara dapat menyampaikan bentuk visual dengan pengambilan sinematografi pada masing-masing film. Pemilihan ketiga film ini sebagai film pendek daerah yang mewakili Yogyakarta dari segi sinematografi ditunjang dari segi cerita yang didukung dengan konsep sinematografi yang terlihat natural dalam layar dan ritme yang lambat dari setiap pemotongan gambarnya. Film memiliki gaya dan hal tersebut juga terkait dengan aspek sinematik yang nantinya akan diteliti. Sedangkan Menurut Bordwell dan Thompson dalam bukunya yang berjudul Film Art an Introduction; Unsur sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek yakni, kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, dan pergerakan kamera. Aspek framing yang digunakan meliputi aspec ratio, offscreen dan onscreen, camera angle, type of shot, camera movement dan composition (Bordwell dan Thompson, 2012:162).

Metode
Subjek: Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan sinematografi film pendek Yogyakarta yang didasarkan pada tema, latar belakang, dan setting cerita yang bernuasa kental Yogyakarta.

Bahan dan Cara: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dijabarkan dalam dua bagian pokok, yaitu bagaimana pengumpulan data dan teknik analisis data. Penggunaan metode ini diharapkan dapat menjawab permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar belakang. Data-data yang telah dikumpulkan disajikan dalam bentuk narasi.

Cara Kerja: Penulis mencoba untuk menerangkan adegan per adegan film melalui tiga aspek yang akan dijelaskan secara naratif yaitu posisi kamera, komposisi, dan penyuntingan gambar untuk mendapatkan jawaban mengenai bentuk pola sinematografi pada ketiga film yang diteliti.

Hasil Penelitian:
Hubungan film pendek dalam satu daerah tidak selalu menjadi patokan bahwa secara sinematografi memiliki kesamaan. Setiap sutradara memiliki cara masing-masing dalam menggambarkan adegan sesuai dengan dominasi dari penyutradaraan. Hal ini berarti bahwa sesuai dengan teori sinematografi dari pemaparan Joseph V. Mascelli, A.S.C dalam buku the Five C’s of Cinematography yang digunakan dalam ketiga film yaitu dengan teknik pengambilan yang berbeda, maka UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta akan memengaruhi tensi, kesan, suasana atau mood suatu film. Persamaan lainnya di dalam ketiga film adalah bentuk penyajian komposisi yang sederhana. Penonton tidak perlu meneliti wilayah layar untuk menemukan makna dari bidikan.

.

.

.

DAFTAR PUSTAKA

https://ojs.digitalartisan.co.id/index.php/cbssit/article/view/1468/968

https://www.bajangjournal.com/index.php/JISOS/article/view/5342/4026

https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/ajudikasi/article/view/3218/1700

https://jurnalp4i.com/index.php/knowledge/article/view/1673/1601

https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/artdesign/article/view/21335/0

https://journals.telkomuniversity.ac.id/demandia/article/view/2188

http://openlibrary.telkomuniversity.ac.id

https://staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/peran+penting+sinematografi.pdf

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/132525

https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/3189/2573

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1374458

https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/IKRAITH-ABDIMAS/article/view/278

https://journals.ums.ac.id/index.php/khif/article/view/7028

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1029644

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1686851

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1214838

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1941521

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2110156

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2123672



Analisis Logo Lama Pos Indonesia

  ABSTRAK      Logo Merupakan elemen penting yang berfungsi sebagai identitas visual suatu entitas, mencerminkan nilai filosofi, dan tujua...